Mohon tunggu...
TikaOktaviani
TikaOktaviani Mohon Tunggu... Human Resources - AksaraSenja15 : Hobi makan tapi pengen kurus

Senang senyum senyum, sedih diem, laper makan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja di Afrika

19 April 2020   20:09 Diperbarui: 19 April 2020   20:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini aku kembali mengingatnya. Mengingat senjaku. Melihat senja disore hari membuatku teringat padanya, sendiri. Dipinggir pematang sawah tepat di seberang jalan di depan rumahku, aku melihat senja di sore hari begitu bagus. Senja, apa kamu melihatku? Sedang apa dia disana? Apa baik baik saja? Apa kita masih berada pada senja yang sama?. Hmm.. sudahlah dia tak mungkin ingat padaku, jika dia mengingatku gaakan mungkin dia tega meninggalkan aku tanpa kabar seperti ini.

Setelah itu aku pulang karna hari sudah larut malam. Dengan cepat aku menuju kamar dan melihat handphone milikku, apa ada pesan darinya. Yaa, sejak kepergian nya yang mendadak itu, aku jadi gusar apa ada sikapku yang salah padanya? Atau aku menyakiti hatinya? Entahlah. Pertanyaan itu berputar dikepalaku seraya ku melihat foto terakhir saat kita bertemu. Hari demi hari kulewati begitu saja, tanpa ada yang special hanya bekerja. Dan yang kuingat terakhir  tentangnya saat dia mengajakku untuk membeli jus di tempat yang jaraknya jauh dari rumah.

Tiba suatu hari, setelah aku pulang kerja, hp ku berdering tanda ada chat yang masuk. Aku biasa saja tak menghiraukan karena grup di whatsapp sudah sangat banyak jadi, ku kira itu dari teman" grupku. Setelah membersihkan badan dan makan. Ternyata hp ku berdering lagi tanda ada panggilan masuk, hanya sebentar. Rupanya dia menelfonku tanpa sempat ku mengangkatnya. Mungkin hanya miscall. Setelah ku cek chat disalahsatu aplikasiku.

Ternyata ada 1 pesan yang membuatku lega dan banyak gusarnya karena pertanyaanku belum semuanya terjawab. Senjaku!! Dia mengirim pesan. Dia berkata, "Dek, mas sudah sampai". "Sampai? Mas sampai dimana? Sejak kapan? Dan untuk apa?" Jawabku karena spontan aku penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba menghilang dan tidak pernah menjawab semua pertanyaanku yang begitu banyak. "Mas lagi di bogor dek latihan" sahutnya. "Dibogor untuk apa mas? Kenapa mas ga bilang dan tiba tiba menghilang?" Jawabku.

Sebenarnya, sebelum dia menghilang aku mendapat kabar kalau dia mendapat penghargaan karena telah menyelamatkan helikopter saat hari specialnya waktu itu, beberapa tahun yang lalu di jakarta. Yang aku dengar, dia ditugaskan ke lebanon atau afrika untuk 1 tahun kedepan. Aku tau kabar itu karena aku pun dari keluarga abdi negara. Jadi aku tau dari ayahku yang satu batalyon dengannya. Sebenernya kabar seperti itu juga sudah biasa ditelingaku, jadi jika ditinggal aku tidak se cengeng itu walaupun hati sesak rasanya. Seperti yang pernah kualami selama bertahun tahun lamanya saat jauh dari papaku yang sedang layar saat itu. Aku ga percaya begitu aja. Aku hanya ingin dengar dari mulutnya. Meskipun aku juga tidak bisa berbuat banyak. Aku hanya bisa pasrah dan menunggunya..

Setelah balasan terakhirku, sebulan kemudian dia menelfon ku, tepat dua bulan setelah dia berada di afrika. menanyakan kabarku, dan dia bertanya sedang bersama siapa saat ini. Aku pun kaget mendengar ucapannya. Karena setelah percakapan itu dia tiba tiba menghilang lagi untuk kesekian kalinya dan aku juga sibuk dengan pekerjaanku. Lalu ku jawab dengan sewot "sebelum aku jawab pertanyaan mas, coba mas bilang dulu apa yg sebenernya diterjadi? Aku masih ga paham". Ga berapa lama dia kembali menelfonku, kali ini dia videocall. Di videocall itu saat itu disana terlihat senja begitu sangat apik dan sangat indah dan aku melihat seperti perbatasan pasir berwarna merah seperti yang ada di film luar negeri.

Aku masih belum tau dia dimana. Spontan aku bertanya "mas dimana? Sepertinya itu bukan di perak, dan bukan di indonesia juga. Mas dimana?". "Dek, maaf ya mas gapernah cerita, mas takut nanti adek nangis karna mas tinggal. Mas tau adek lagi seneng kerja di tempat baru. Maafin mas ya dek, mas disini cuma setahun kok ngga lama, kita juga masih videocall an", Jawabnya.

Aku lega, ternyata dia masih sehat dan ternyata itu alasan dari pertanyaan yang selama ini terngiang di kepala ku. Memang dia bukan org yang pintar berkata kata tapi dengan semua perilakunya aku menyukainya entah dia menghianati atau tidak, kita bukan sepasang kekasih karena kita juga ga pacaran. Tetapi kita selalu memberi kabar satu dan lainnya. Dan entah mengapa selama perjalananku mengenal dia, semua ngalir begitu aja. Yaa, aku tau kurang nya, aku tau sisi buruknya dan aku tau resiko konsekuensi yang aku hadapi saat itu, aku ga mempermasalahkannya.

Air mata yang sudah ku tahan sejak lama seketika pecah liat raut wajahnya yang lesu itu. Tidak, aku tidak menyesal karna dia ga pamit padaku. Aku hanya khawatir keadaannya. Aku harus tetap semangat disini dan aku gaboleh egois. Sejak saat itu, kita selalu videocall karena memang saat itu jarak merampas senjaku begitu lama. Tidak ada rasa bosan tapi terkadang aku harus rela bangun malam karena perbedaan jam yang kita alami sangat panjang.

Yaa, indonesia-afrika. Baru pertama aku mengalami jarak dan perbedaan waktu yg begitu panjang. Hingga waktu terus berputar begitu cepat. Di bulan bulan terakhir kedengarannya menyenangkan. Dia bercerita penuh semangat. Dia bercerita kegiatannya dan segala macamnya disana.

Suatu ketika aku bertanya padanya "mas, mas sayang ngga sih sama aku?". Dia diam. "Mas, tolong kasih aku jawaban yang bisa menolongku dari perasaan yang ga pasti". Jawabannya adalah "tunggu mas pulang dek". Aku gatau apa rencananya saat itu. Yang aku tau, aku sayang padanya dan aku menunggu nya begitu lama. Hingga akhirnya aku pasrah. Karena mungkin aku orang ke sekian yang menghiburnya dari kegiatan membosankan disana. Tapi jika aku salah satu penghiburnya, mengapa dia terus menerus memberiku kabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun