Bentala penuh dengan kebohongan, sedekat apapun rasanya semua penuh kebohongan dipermainkan oleh yang namanya kata atau bahkan sepasang mata, jangan tinggalkan gerak gerik. Semua terlihat senantiasa baik-baik saja, tapi beberapa orang menyimpan kepedihan itu seorang diri. Mau itu tentang rasa, dunia dan apapun duka yang menghampiri ia paksa menelannya menjadi satu. Berharap semua akan hilang seiring berjalannya waktu, memang benar mungkin hanya satu dua poin yang terhapuskan namun jika sunyi kembali menjadi kawan maka yang terjadi memori kembali memutar ingatan yang telah bersusah payah untuk tak ingin kembali.
Mau tak mau kita harus mengajaknya berkawan dengan sepi. Meski kadang tangis datang disela-sela obrolan ringan. Sepersekian detik akan dapat melegakan rasa dan beban yang ada. Karena duka yang ada tak melulu membuat penat, ibarat hujan reda membawa pelangi. Dan kesedihan datang maka suka akan menjadi akhir dari tangis.
Berdamai dengan semua keadaan mungkin sedikit sulit, tapi jika hati ringan akan menerima semua hal yang ada maka langkah kaki akan mengajak kemanapun tanpa memikirkan beban yang ada.
Pada dasarnya semua kembali pada diri sendiri, semua rasa, beban dan suka ada digenggaman kita. Semua dapat kau ambil alih sesuai kendali, kau sendirlah yang mengendalikannya.
Bergerak untuk tetap menjaga keseimbangan. Ingin bertumpu pada salah satu pilar namun lebih baik menyangga sendiri, karena ada sebuah hal yang membuat diri ini takut. Jika salah satu pilar itu meninggalkan tempatnya yang ada hanya sebuah kesedihan yang tak berujung. Bagai dalam lorong yang tak ada celah untuk kau pergi. Dan itu cukup menggerikan, membuat benak menjadi hingar bingar di hantui oleh ketakutan. Bukan takut akan makhluk menggerikan, namun ketakutan lain yakni akankah ia akan mati dalam damai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H