Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit (crude palm oil) terbesar di dunia, sehingga Indonesia menempatkan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan. Dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang 54% dari produksi minyak sawit dunia. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak yang banyak diproduksi dan dikonsumsi di seluruh dunia. Selain harganya murah, produk minyak dari kelapa sawit sangat efisien untuk berbagai produk makanan, kosmetik, dan digunakan juga sebagai bahan bakar seperti biodiesel.
Kelapa sawit memiliki kontribusi signifikan pada perekonomian nasional. Bagaimana tidak, sejak 2016 tercatat bahwa produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil mencapai 34,5 juta ton. Hal tersebut tentu saja meningkatkan ekspor minyak sawit mentah ke pasar internasional. Devisa yang dihasilkan dari industri sawit nasional bahkan mencapai Rp239,4 triliun. Kelapa sawit tidak hanya menyumbang devisa negara, namun juga sebagai penggerak perekonomian wilayah, yang membantu menyerap tenaga kerja dari masyarakat yang khususnya tinggal di daerah industri sawit.
Kedua hal tersebut tentunya merupakan pencapaian yang sangat membanggakan, namun industri kelapa sawit ini mengakibatkan pembukaan lahan hutan dan pengeringan lahan gambut yang berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Selain itu, perkembangan industri kelapa sawit menuai isu deforestasi yang diyakini akan terlepas melalui solusi teknologi berbasis agtech. Agtech dinilai memegang peranan penting dalam memerangi deforestasi.
Sebelumnya, Apa Sih yang Dimaksud dengan Deforestasi?
Deforestasi merupakan peristiwa hilangnya jumlah lahan hutan dan berubah menjadi kawasan lain. Hutan yang awalnya berisi beraneka ragam vegetasi dan ekosistemnya, kehilangan fungsinya karena tergeser oleh fungsi lain sebagai contoh untuk aktivitas seperti pertanian maupun perkebunan.
Menurut data dari Mongabay, Indonesia mengalami deforestasi yang signifikan. Pada periode 2021-2022, perkebunan kelapa sawit menjadi kontributor terbesar deforestasi di Indonesia, menyebabkan emisi gas rumah kaca sebesar 200 juta ton metrik setiap tahunnya.
Lalu, Apa Peranan dari Agtech untuk Menghadapi Krisis Deforestasi?
Dengan masuknya era Revolusi Industri 4.0, industri kelapa sawit perlu berbenah dalam aspek teknologi digital. Sektor perkebunan kelapa sawit tidak lepas dari inovasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang ramah lingkungan, salah satunya memanfaatkan agtech yang berperan penting dalam mendukung keberlanjutan serta memerangi deforestasi di perkebunan sawit. Agtech berguna untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa berdampak terhadap lingkungan itu sendiri.
Salah satu teknologi yang memberikan dampak signifikan adalah dengan pemanfaatan teknologi drone. Drone dapat dimanfaatkan untuk pemetaan lahan perkebunan di industri sawit. Data yang diperoleh dari drone membantu dalam menganalisis lahan. Teknologi ini memungkinkan pemantauan area perkebunan yang luas dengan efisien dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manual.
Selain itu, data yang diambil oleh drone dapat digunakan untuk memantau perubahan lahan dan memantau aktivitas ilegal yang menyebabkan deforestasi. Dengan informasi ini, pengelola perkebunan dapat mengambil tindakan proaktif untuk melindungi lahan.
Drone juga membantu kegiatan operasional industri kelapa sawit seperti: perencanaan, pemupukan, hingga re-planting. Drone dapat digunakan untuk mengetahui hamparan lokasi pembibitan baru dan luas area lahan. Untuk menunjang lokasi pembibitan yang sesuai, dibutuhkan beberapa data tambahan seperti: data topografi, ketersediaan air, dan jalur akses kendaraan. Hal tersebut tentunya juga mempermudah pekerjaan dan mendapatkan data secara aktual dan cepat.
Kesimpulan
Sebagai negara dengan luas perkebunan kelapa sawit yang besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin dalam penggunaan agtech. Penerapan agtech membawa perkebunan kelapa sawit ke era baru yang lebih efisien. Kemampuan drone untuk melakukan pemantauan lahan secara menyeluruh memungkinkan pengelola industri sawit untuk merespons perubahan kondisi lahan secara cepat, tepat, dan lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kolaborasi dengan BPDPKS dan inovator teknologi dapat menciptakan solusi yang mendukung dalam menghadapi krisis deforestasi sehingga dapat menuju masa depan yang hijau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H