Mohon tunggu...
Tika Hadinda
Tika Hadinda Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Musnahkan Rasa Malas Belajar di Dalam Diri

13 November 2014   03:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:56 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semua manusia sejatinya adalah seorang pembelajar, karena belajar tidak membatasi batas usia baik kalangan anak-anak sampai dewasa. Kita harus memperluas wawasan dengan cara belajar maupun membaca buku agar menambah wawasan dan ilmu yang luas. Kita harus menanamkan rasa semangat belajar di dalam diri kita sejak dini.

Pernakah  kalian  merasa tidak nyaman untuk belajar? Ya ketika kita melakukan belajar dengan paksaan atau bukan kemauan dari dalam diri kita sendiri, atau pun kita pernah menerima stimulus yang tidak menyenangkan saat di bangku  sekolah. Seperti contohnya seorang pendidik bersikap keras kepada muridnya ketika murid tersebut asyik bermain dengan temannya atau pun bermalas malasan, dengan itu guru mengambil tindakan dengan cara menghukum berdiri di depan  kelas atau hukuman lainnya yang membuat mereka merasa jera. Karena maksud dari hukuman yang diberi  guru untuk muridnya agar mereka jera, tetapi murid akan berpendapat lain kepada si guru tersebut.

Pastinya pendapat  murid kepada si guru tersebut yaitu galak, sehingga anak tersebut malas untuk belajar dengan mata pelajaran yang di ampu guru tersebut, karena menurut mereka, mereka mendapat rangsangan yang tidak menyenangkan dari si guru tersebut. Selain dengan cara menghukum hendaknya di beri arahan, masukan ataupun teguran yang tidak membuat anak tersebut trauma atau ketakutan dengan si guru tersebut. Guru memberi arahan maupun teguran yang dapat memotivasi si anak agar tidak malas dalam mengikuti pelajaran.

Apalagi di jaman sekarang ini teknologi semakin canggih, dan merajalela, disemua kalangan teknologi ini sebenarnya musuh dalam belajar, karena dengan teknologi yang semakin canggih mereka dapat mendoktrin anak. Rasa semangat belajar anak pun di kalahkan oleh kemajuan teknologi yang setiap tahunnya semakin canggih. Memanglah semua teknologi canggih ada sisi baiknya, contoh nya seperi tablet dengan browsing anak tersebut dapat menambah wawasan atau ilmu tetapi anak tidak tertarik untuk membuka situs tersebut, mereka hanya menggunakannya  untuk bermain saja.

Disini peran orangtua pun sangat penting untuk mngawasi putra putrinya ketika bermainan teknologi yang canggih, dan di sisi lain anak harus pandai membagi waktu untuk bermain dengan belajar. Pada umumnya anak hanya sekedar mengerjakan PR (pekerjaan rumah) setelah pr tersebut sudah dikerjakan biasanya anak tersebut kembali bermainan. Di situlah anak sudah tertanam rasa malas untuk belajar, seharusnya sejak dini kita sebagai orang tua harus menanamkan  rasa semangat  belajar yang tiada tara untuk memajukan bangsa kita ini.

Kita harus dapat membunuh rasa malas belajar kita sejak dini karena rasa malas hanya dapat  di kalahkan ataupun di musnahkan dengan semangat belajar kita pribadi  yang membara seperti api. Dengan belajar kita dapat menambah wawasan yang luas dan ilmu yang kita dapat nantinya  bermanfaat bagi orang-orang  maupun  penerus kita. Seperti  halnya kata “Raihlah Ilmu Sampai Negeri Cina” dan “Gapailah Ilmu Setinggi Langgit”

Ilmu yang kita dapat sangat bermanfaat bagi diri kita dan untuk orang banyak ,atau penerus bangsa. Karena ilmu yang kita dapat tidak akan pernah habis meskipun kita mengajarkan atau membagi ilmu  kepada orang lain. Maka dari itu rajinlah belajar sejak dini dan basmi rasa malas belajar di dalam diri kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun