Bantu aku menguatkan alasan, bahwa memilihmu tak akan menumbuhkan sesal di hari kemudian.
Sahabat, cinta itu serupa rimba, mampu membuat kita tersesat di dalamnya. Rimbun perasaan yang kita punya kadang kala menutup mata, untuk sekedar melihat titik dari ujung pengembaraan.
Cinta juga kadang mewujud jalanan kota, ramai dengan suara, di sana langkah tak akan terlunta-lunta, sebab di setiap arah yang dituju, selalu akrab dengan aneka rambu-rambu.
Jalan mana pun yang ditempuh, kuharap segala kebaikan selalu bernaung di atas kepala kita, lalu sejuknya udara yang terhembus dari deru napas cinta, mampu menyapu pekat jerebu pada cerahnya langit biru.
Maka, dari kuncup dan rekahnya kisah ini, kadang juga tercipta pertarungan gerimis di dalamnya, kuharap hati kita akan bertaut dalam upaya yang sama; sama-sama menjaga agar cinta tak patah dari tegaknya.
Percayalah! Aku masih punya banyak tabah untuk terus mencintaimu. Jangan pernah tanyakan perihal sungkawa di dadaku, sebab di balik segala linang di sudut mata, bibirku akan selalu berucap, bahwa di antara kita selalu baik-baik saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H