Demi bulan, bumi dan mentari, dalam cuaca ringkih, juga dalam jejak yang letih. KepadaMu, yang membersamai dalam bening dan keruhnya alurku, memegang kendali atas apa-apa yang menerpa, menata hati yang berai, menyurutkan segala derai.
Dari hujan, badai dan pelangi, bahkan dalam kemarau yang sejuknya berkurang lagi, atau pada musim gugur yang datang sebelum waktunya. Aku memunguti segala makna, bahwa segala prasangka, adalah Engkau, rahasia dari segala rahasia segala tanya.
Untuk beberapa hal yang lebur, atau segala upaya yang membuat diri nyaris babak belur, aku sedikit mengiba, untuk memulihkan segala sebab dari mata yang kerap kali sembab, mampu menghempas cemas, sebab Kau pelepas dari segala was-was.
Simpuhku, dari segenap tubuh yang kerap mengulang doa dan dosa yang itu-itu juga, yang selalu lupa, bahwa fana adalah hukum semesta. KepadaMu seluruhku kembali, pada satu nama, pada satu-satunya muasal nyawa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI