" Jika kita tidak paham lebih baik diam".
Kata-kata ini sering kita lontarkan ketika orang lain mulai ikut campur dengan persoalan hidup kita. Kebiasaan mengkritik dan menghakimi sesama seolah menjadi tanggung jawab kita dan kita membenarkan hal tersebut. Padahal jelas kita tahu bahwa hidup itu sebenarnya adalah privasi setiap orang bukan untuk diumbar apalagi untuk dihakimi dan diberitakan dimana saja. Kita dapat memposisikan diri ketika kita dihakimi atau dikritik sehingga kita dapat mengalami atau merasakan bagaimana sakitnya ketika cobaan itu datang kepada kita.
Hal ini terlihat sepele namun sangat mengganggu kenyamanan seseorang dalam kebersamaan. Kalau kita tidak dapat menjadi solusi bagi sesama yang bermasalah setidaknya kita tidak menjadi polusi baginya. Tidak perlu kita harus tahu semua tentang orang lain, tidak perlu juga menghakimi apalagi menyudutkan. Cukuplah kita sebagai pendengar tanpa menertawakan dan cukuplah kita menghargai keberadaan mereka tanpa merendahkan karena kita pun jauh dari kata sempurna.
Ada satu pepatah bijak mengatakan " Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu perbuatlah demikian juga kepada mereka ". Saya berharap bahwa kita semua mengerti apa itu hukum alam, tanpa kita sadari bahwa akan tiba saatnya bagi kita untuk menuai apa yang kita tabur dan itu benar keadaannya. Kita akan menerima setimpal dengan perbuatan kita.
Hal ini menjadi suatu pengalaman yang nyata bagi saya. Ketika saya menerima tugas perutusan yang baru yakni memulai tugas dalam dunia perkuliahan ada seorang teman yang selalu berkomentar tentang kemampuan saya. Komentarnya itu begitu menohok dan seolah benar adanya. Mungkin orang yang mendengar komentar itu akan berpikir negatif tentang saya. Tapi saya abai dengan komentar itu karena saya berfikir bahwa hidup yang kujalani saat ini adalah hidupku, dan rahmat Tuhan cukup untuk saya dalam menyelesaikan proses studi ini. Saya berjuang hingga titik terakhir hingga saya lulus dengan cumlaude juga tepat pada waktunya. Lalu bagaimana dengan komentar orang lain ? Jawabannya " Tak perlu". Biarkan kenyataan yang menjawab segala tanya.
Setelah saya menyelesaikan tugas studi, saya langsung ditugaskan disalah satu yayasan yang dikelola oleh persaudaraan. Saya pun mendapatkan tugas sebagai wali kelas disekolah tersebut. Mengajar memang menjadi tugas pokok saya tapi disela-sela waktu saya menyempatkan diri untuk mengembangkan bakat, salah satunya saya menjadi editor untuk chanel sekolah. Bukan hal yang mudah tapi berkat ketekunan saya mampu menjalankannya dengan baik.
Pengalaman ini disatu sisi membuat diri bangga namun disisi lain saya ingin membuat orang lain supaya membuka mata lebar-lebar terhadap kemampuan seseorang. Barangkali disatu bidang saya tidak mampu tapi dalam bidang lain saya dimampukan. Saya tidak sengaja untuk mempermalukan teman yang pernah berkomentar pedas tentang kemampuan saya, namun berkat prestasi yang saya peroleh saya berhasil membuatnya tertunduk dan tersipu malu. Kalau boleh dikatakan kita tidak sedang bersaing tapi mari kita menunjukkan sikap yang lebih dewasa, mari kita saling melengkapi, mari kita saling berbagi, melangkah bersama agar kita sampai pada tujuan yang kita harapkan.
Melalui pengalaman kecil ini saya ingin mengatakan bahwa memang kita hidup didunia yang sama namun ingatlah bahwa hidup ini bukan milik bersama. Kita tidak boleh sesuka hati mengobrak abrik hidup orang lain. Hidup itu adalah ruang privasi biarkan oranglain mengatur hidupnya sedemikian, biarkan orang lain menata hidupnya mau seperti apa. Sesekali kita bisa nimbrung dalam hidup orang lain namun bukan berarti kesempatan itu menjadi ruang bagi kita untuk mempublisnya.
Adalah lebih baik jika kita lebih banyak diam terhadap hidup orang lain dan mungkin itu lebih bijaksana. Apalagi kalau kita tidak paham tentang hidup mereka tidak perlu kita sibuk untuk mencari tahu. Biarlah dia dan Tuhannya mengurus segala problema hidupnya dan kita mengurus hidup kita agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Terkadang kita lupa membenahi diri karena kita terlalu sibuk membenahi hidup orang lain. Orang lain sudah maju sepuluh langkah sementara kita tetap diam ditempat.
So, mari kita menyibukkan diri untuk membenahi diri dan sedikit mengambil jarak terhadap kesibukan untuk mengurus orang lain. semoga kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang lebih bijaksana.