Saya dan kita adalah hadiah yang sangat unik bagi sesama. Kehadiran kita turut mewarnai perjalanan hidup sesama dimanapun kita berada. Setiap kita pasti merasa senang ketika kita bersama dengan orang-orang yang kreatif entah itu dalam hal apapun.Â
Kebersamaan kita akan cukup berarti bila kita mampu  memberikan yang terbaik bagi sekitar kita dan seolah kebersamaan itu menuntut kita untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. Barangkali itulah tujuan Tuhan menciptakan kita dengan berbagai talenta.
Beberapa waktu yang lalu bersama dengan teman-teman satu komunitas kami membahas yang namanya talenta. Kebetulan saja diskusi ini berlangsung dimeja makan. Jadi selama bersantap malam kami tuntaskan sebuah topik yang sangat real dengan kehidupan kami.Â
Dalam diskusi tersebut kami membahas tentang bakat yang kami miliki yang kami anggap sebagai karunia dari Tuhan sekaligus sebagai sarana dalam pelayanan kami.
Banyak teman-teman yang berkisah tentang bakat mereka sekaligus juga menjadikan bakat sebagai bekal dalam pelayanan pastoral misalnya dibagian musik, katekese dan bagian medis.Â
Mendengar pengalaman dari teman-teman saya pun mulai berbicara tentang bakat saya yakni berkreasi bersama anak-anak. Saya suka mendampingi anak-anak oleh karena itu saya distudikan dan ditugaskan dibagian pendidikan sebagai tenaga pengajar. Selain itu saya juga berbakat di bagian solmisasi tetapi saya kurang melatih diri sehingga kurang trampil.Â
Sebelum saya menjadi seorang guru, saya suka bermazmur, berdirigen, dan selama saya dibangku studi saya menjadi pelatih mazmur dan dirigen  untuk misdinar dan umat Allah. Tetapi karena saya sudah selesai studi dan disibukkan dengan kegiatan sekolah maka saya lebih fokus pada tugas perutusan saya yang baru yakni sebagai guru.
Suatu hari tanpa sengaja saya terjatuh, tangan kiri saya tidak bisa bergerak. Saya merasa tangan kiri saya selalu keram dan sulit untuk digerakkan.Â
Pada saat itu juga seorang saudari meminta saya untuk memberikan les kepada para calon dibagian liturgi khususnya solmisasi sekaligus latihan dirigen. Pada saat saya diminta tanpa berpikir panjang saya langsung menolak dengan alasan tangan saya sakit.
Mendengar jawaban saya itu saudari tersebut menjawab saya dengan iseng "kalau kamu melatih mereka pasti tanganmu itu akan sembuh". Mendengar perkataan itu saya terkejut, saya berpikir jangan-jangan memang apa yang dikatakan itu adalah benar. Sekali lagi saya menjawabnya '' Baiklah kalau begitu saya akan masuk dan mengajari mereka mulai minggu depan''