Ada istilah orang kristiani berbunyi demikian, " Bernyanyi sama kekuatannya dengan dua kali berdoa". Inilah yang diyakini banyak orang termasuk saya sehingga ketika bernyayi pada saat ibadat setiap nyanyian perlu dihayati atau dibatinkan. Setiap kata dari lagu tersebut pasti memberikan kekuatan kepada setiap orang. Mengapa ? Karena lagu-lagu tersebut berisikan pujian yang menyatakan keagungan Allah.Â
Kemarin ketika saya berkunjung kebebeberapa stasi di daerah simalungun saya diminta untuk membawakan mazmur tanggapan pada saat ibadat. Sudah jelas bagi saya bahwa bahasa yang digunakan selama ibadat adalah bahasa simalungun atau bahasa khas daerah tersebut.Â
Meskipun saya tidak pintar atau tidak lihai dalam bahasa simalungun tapi saya tetap menerima tawaran itu. Saya menerima tawaran itu bukan karena saya pintar bernyanyi tapi karena saya merasa bahwa tidak ada kata salah untuk Tuhan.Â
Beberapa saat sebelum perayaan ekaristi dimulai saya latihan bersama seorang ibu. Pada kesempatan itu saya menanyakan bagaimana cara membaca bahasa simalangun yang pas ,apakah sama cara penulisan dan cara membacanya ? Kata ibu itu " sama". Wah syukurlah ujarku dalam hati. Setelah saya latihan membaca saya lanjutkan dengan latihan solmisasi supaya saya mampu tampil maksimal dihadapan umat.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 wib artinya saya harus bergegas keruang sakristan untuk ikut persiapan bersama imam dan lektor. Selama persiapan hingga perarakan saya mulai keringat dingin. Saya ragu apakah saya mampu membawakan mazmur tersebut dengan baik karena ini pertama kali saya bermazmur dalam bahasa simalungun. Selama ini saya sudah terbiasa bermazmur tapi versi bahasa indonesia dan bahasa batak toba. Meskipun jantung dag dig dug, kuyakinkan diriku bahwa aku bisa membawakan mazmur tersebut dengan baik.
Setelah doa pembukaan berakhir, saya bersama dua orang petugas lainnya bersama-sama naik ke mimbar firman. Wah, saya kok malah gemetar tak karuan ini. Hehehe. Yah, singkat cerita setelah bacaan pertama saya melangkah menuju mimbar firman dan mulai menyanyikan refren mazmur tanggapan yang berbunyi demikian," On ma ari najinadihon Tuhan marmalas niuhurma hita ganupan". Selesai menyanyikan refren mazmur saya merasa lega karena bisa menyanyikannya dengan baik hingga ke 3 bait mazmur tersebut dapat terselesaikan dengan baik.Â
Pengalaman ini menjadi satu karunia terbesar yang kualami dalam perayaan paskah tahun ini. Saya tidak menduga bahwa kemampuan itu saya miliki. Meskipun selama ini saya hobi belajar aneka bahasa tetapi bukan berarti belajar bahasa itu gampang bagi saya. Karena idealnya bahasa dalam setiap daerah ada dua versi ada yang resmi ada juga bahasa sehari-hari, jadi tidak sama semuanya. Sama halnya dengan bernyanyi saya mesti bisa membedakan cara bernyayi ketika ibadat dengan bernyanyi pada saat karaokean.Â
Nah, teman-teman itulah pengalamanku yang ketika bermazmur dalam bahasa simalungun. Ini pengalaman perdana bagi saya, pengalaman ini membuat saya merasa bahagia dan saya masih ingin untuk belajar lagi. Saya berharap kedepan semoga saya mampu untuk hal yang lebih baik lagi misalnya untuk membawakan lagu versi simalungun. Semoga bisa doakan yah teman-teman...Hehehe
Peristiwa kecil ini mengajak saya bahwa tidak semua hal dapat diperoleh secara gampang, ada kalanya saya harus berjuang dan kerja keras. Bukan hanya itu saya mesti banyak belajar dalam banyak hal. Karena seiring berjalannya waktu tuntutan tugas semakin banyak. Salah satunya belajar bahasa adalah satu keharusan bagi seorang kaum terpanggil termasuk saya.
Untuk mewujudkan hal ini dituntut kemauan dan ketekunan dari saya. Saya harus lebih giat lagi untuk belajar, belajar dan belajar lagi. semoga kedepan pelayananku semakin diberkati Tuhan dan perjumpaanku dengan umat Allah menjadi perjumpaan yang membahagiakan..