Hari ini segenap umat katolik mengawali masa puasa dan pantang yang disebut dengan Rabu Abu. Rabu abu adalah awal masa prapaskah atau masa puasa sekaligus menjadi kesempatan  untuk melakukan refleksi pertobatan untuk meninggalkan aneka jenis kelekatan duniawi, keberdosaan dan berbalik kepada Tuhan. Rabu abu ditandai dengan penandaan abu pada dahi yang meruakan simbo pertobatan. Biasanya imam akan menoleskan debu pada dahi umat akan tetapi karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan maka abu akan ditaburkan dikepala. Abu merupakan simbol kematian. Maka abu sekaligus mengingatkan kita dan saya akan segala kerapuhan kita sebagai mahluk ciptaan Allah yang berasal dari debu. Hal ini bisa dibaca pada kitab kejadian 3 :19 " Ingatlah,manusia bahwa engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu "
Mengapa disebut rabu abu ? Gereja katolik melakukan masa puasa selama enam hari dalam seminggu, hari minggu tidak dihitung karena hari minggu merupakan hari kebangkitan kristus. Maka masa puasa berlangsung selama enam minggu dan ditambah empat hari sehingga hgenap 40 hari. Nah, Karena Paskah dirayakan tepat pada hari minggu maka jika dihitung mundur 36 hari (6 minggu) lalu dikurangi 4 hari lagi maka jatuh pada hari rabu. Jadi, awal masa prapaskah yang disebut dengan rabu abu terjadi karena penghitungan 40 hari sebelum hari minggu paskah tanpa menghitung hari minggu.
Mengawali masa prapaskah ini atau tepatnya pada Rabu abu ini ada 3 poin yang wajib dilakukan sebagai bentuk ulah tapa kita yakni berpuasa(berpantang), berdoa,dan bersedekah. Selama berpuasa kita akan terbantu untuk menguasai segala nafsu diantaranya nafsu makan, nafsu sesat dan nafsu lainnya sehingga kita dengan lepas bebas mampu melakukan kehendak Allah. Kemudian dengan berdoa kita akan terbantu untuk mendekatkan diri dengan Allah dan mengenali kehendaknya. Bersedekah atau beramal merupakan cara untuk melawan kecenderungan yang kerap terjadi dalam hidup keseharian, misalnya kecenderungan  untuk memiliki secara berlebihan, keinginan untuk memiliki segala sesuatu. Selama masa puasa ini bersedekah merupakan cara kita juga untuk memanusiakan manusia. Tentu saja tiga poin ini  merupakan sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pada hari ini juga Paus Fransiskus menetapkan hari ini sekaligus mengajak seluruh  umat katolik untuk berdoa sekaligus berpuasa untuk Ukraina. Artinya masa puasa yang kita awali dengan rabu abu merupakan masa retret agung bagi kita. Apa yang menjadi ajakan Bapa Paus Fransiskus merupakan salah satu bentuk kecintaan dan kepedulian kita terhadapa sesama dan saya menyebut hal ini dengan istilah we are conected. Kita terhubung satu sama lain. Masa puasa bukanlah masa masa untuk mengindar atau mengurung diri pada zona nyaman. Masa puasa bukan juga membuat kita menjadi anti terhadap yang lain melainkan kita diajak untuk tetap sportif dan Berlaku baik.
Masa puasa merupakan masa dimana kita belajar untuk mengekang diri dari segala bentuk kenaifan dan berani untuk memperbaiki diri. Barangkali selama ini ada hal-hal yang belum tersentuh dalam diri kita atau ada kecenderungan untuk tetap tinggal dizona nyaman maka pada saat ini  marilah kita untuk menata diri kembali keluar dari sikap kepura-puraan yang sering membelenggu diri kita.
Akan tetapi hendaknya kita ingat selalu akan pesan Yesus bagaimana cara kita untuk melakukan kewajiban kita agar kita beroleh sukacita paskah. Berpuasa, berdoa dan beramal bukanlah suatu aksi yang harus dipamerkan kepada orang banyak melainkan aksi yang hanya aku, kamu dan Tuhanku yang tahu. Artinya hendaklah aksi itu saya lakukan dengan tulus dan ikhlas bukan untuk mencari pamor, agar orang lain menghargai saya.
Untuk saya secara pribadi masa puasa ini mengingatkan saya bahwa kita terhubung satu sama lain. " We are conected". Artinya saya dituntut untuk mengasah kepekaan terhadap sesama dan dunia sekitar saya. Saat ini banyak moment yang membuat saya harus membuka mata terhadap dunia. Aneka peristiwa terjadi dan menjadi penderitaan kita bersama. Dalam situasi yang masih membuat kita panik mungkinkah kita sanggup bersembunyi dibalik tembok-tembok perkasa dan menutup mata terhadap penderitaan sesama kita ? Seperti Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang belum juga berakhir, banjir terjadi dimana-mana dan wabah penyakit yang semakin marak ?
Ketika saya merenungkan ini, betapa malang dan menyedihkan nasib manusia. Saya tidak sanggup membantu mereka secara langsung dengan materi atau dengan cara yang lain. Maka saya hanya bisa melangitkan doa-doaku dan menyisihkan sedikit demi sedikit dari apa yang saya miliki. Selain itu saya berusaha untuk tidak anti terhadap sikap-sikap atau aturan -aturan yang diberlakukan melainkan saya mencoba untuk tetap sportif. Sportif dalam arti menghidupi semua aturan dengan transparan, jujur dan real. Saya berusaha untuk memberikan versi terbaik dari diriku untuk kebaikan bersama. Meski dalam masa puasa kiranya kita jangan anti terhadap hal-hal apapun yang menyangkut kebersamaan melainkan mari kita menjadikan masa puasa ini sebagai masa untuk melepaskan sekat dan belenggu diantara kita.
semoga bermanfaat,selamat menuanikan masa puasa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H