Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isi Kepala Orang Lain Itu Bukanlah Urusan Kita

31 Januari 2022   11:53 Diperbarui: 31 Januari 2022   11:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apapun yang menjadi isi kepala orang lain bukanlah urusan kita. Jika orang lain berpendapat tentang kita itu juga bukan urusan kita.Setiap kita diberi kebebasan berpendapat tentang apa yang kita alami,kita saksikan dan kita ketahui. Namun,kebebasan yang dimaksud bukan bersikap semena-mena terhadap orang lain. Manusia bukanlah mahluk sempurna yang jalannya mlus bak jalan tol. Setiap kita punya kelemahan dan kelebihan, hanya saja dalam porsi yang berbeda-beda.

Suatu hari saya sedang berjalan bersama seorang teman. Dalam perjalanan itu kami banyak berkisah tentang perjalanan hidup panggilan kami. Adalah hal yang wajar bila saya mengalami pro dan kontra. Kehadiran saya tentu membawa dua versi terhadap sekitar saya. Entah kehadiran saya menggembirakan atau tidak. Bisa saja kehadiran saya bisa menjadi solusi bisa juga menjadi polusi,tergantung orang yang mengalaminya. Saya tidak akan pernah bisa memaksakan orang lain berpikiran baik tentang saya sekalipun saya melakukan yang baik. 

Dalam perjalanan itu saya berkisah tentang sebuah pengalaman anatara saya dengan pimpinan saya. Pada zamannya saya pernah mendapatkan nilai terbaik dari atasan saya. Nilai itu saya peroleh bukan karena saya anak kesayangan melainkan karena saya berusaha dan berjuang. Namun, orang lain bebas memprediksikan apa yang mereka pikirkan tentang saya pada saat itu. Ada yang membuat kesimpulan bahwa saya cari muka, ada yang bilang karena saya asistennya, ada yang bilang karena saya anak emas. Nah, semuanya itu saya telan bak air putih yang memberi kesegaran pada tubuh. 

Menanggapi sikap yang demikian tentu saya bertindak. Tindakannya ialah saya tidak menggubris orang-orang yang membicarakan kelemahanku dibelakangku. Saya membiarkan mereka untuk menilai saya sepuasnya hingga mereka terdiam ketika berhadapan dengan diriku. Saya tidak perlu menduga-duga apa yang sedang orang lain pikirkan tentangku . Saya juga tidak mencurigai orang ketika mereka membicarakan saya. Intinya positif thinking dan tetap melakukan yang terbaik.

Menyaksikan orang lain menggibah memang bukan hal yang menyenangkan. Apalagi mendengar perkataan bohong tentang kita. Tapi,bagi saya itu semua hal yang wajar untuk terjadi. Sebab kita ini manusia yang kurang mampu bersyukur atas apa yang kita miliki. Saya sendiri juga pernah melakukan hal yang demikian yakni menggibah orang lain sepuas-puasnya. Namun setelah itu saya sadar. Saya menggibah karena ada unsur kecemburuan, kecewa bahkan mungkin iri hati terhadap kebolehan.

Kesadaran ini memotivasi saya untuk mengupayakan yang lebih baik dari apa yang saya miliki, yakni mengolah potensi yang ada, berefleksi dan memicu niat untuk menunjukkan bahwa saya harus bisa. Niat yang didasari dengan kesadaran penuh tidak akan pernah mengecewakan. Usaha yang sungguh-sungguh akan diikuti oleh keberhasilan. Bahkan,segala sesuatu dapat terjadi diluar prediksi kita. Maka memang benar apa kata orang bijak, penderitaan akan selalu diikuti oleh kelimpahan apabila mau berjuang.

Inilah yang menjadi pengalaman saya. Ketika saya mampu berdiri diatas kaki sendiri maka pada saat itu juga saya akan mengenal kualitas diriku,kemampuan diriku. Perkataan orang lain memang bisa membuat kita menjadi down, tidak bersemangat, bahkan tidak ingin untuk melakukannya lagi. Ketahuilah, ketika kita mengikuti apa yang menjadi keinginan orang lain terhadap kita maka pada saat itu juga kita menjadikan diri sebagai budak orang lain. Tetaplah berpegang pada prinsip hidupmu. Karena ketika kamu jatuh, sebagian besar dari mereka akan menjauh dan tidak mengenalmu.

So,apapun yang menjadi isi kepala orang lain itu bukan urusan kita. Berikan kebebasan kepada mereka untuk menilai kita sesuai pengalaman mereka. Ada saat nya dimana mereka akan melihat titik terang dan menemukan kebenarannya ketika berhadapan dengan kita. Kuncinya adalah kita tidak perlu menggubris orang-orang yang membicarakan kita dibelakang layar. Cukuplah bagi kita membuat mereka terdiam karena mereka menemukan kebenaran saat berhadapan dengan diri kita. Hindari sikap mencurigai apalagi menduga-duga karena bisa berakibat fatal terhadap diri sendiri.

semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun