Selama menjalani masa PPL ( Praktik Pengalaman Lapangan) di salah satu sekolah di Kota Medan kurang lebih tiga bulan banyak pengalaman yang sangat menantang. Pengalaman PPL ini sangat menarik untuk saya baik dari segi moral,spiritual dan juga secara materi.Â
Kisah perjalanan masa PPl ku diawali dengan perkenalan dengan rekan-rekan guru yang ada disana. Bisa dikatakan orang-orang yang bekerja disana adalah orang-orang yang mapan dalam banyak hal. Bukan hanya mapan dalam ekonomi tapi sekaligus juga mapan dengan pengetahuan. Kemampanan mereka manjadi bagian dari tantangan yang saya hadapi.
Seperti biasanya wanita dekat dengan alat-alat kosmetik serta model-model yang sedang nge-trend. Dalam hal fashion wanita tak pernah ketinggalan dan ingin selalu yang terdepan. Suatu hari sekelompok teman-teman sedang asyik mengoleksi kosmetik secara online,setelah itu mengoleksi tas yang katanya bermerk " Hermes". Menurut beberapa teman katanya barang yang bermerk " Hermes" adalah barang breanded. Saya tidak tahu menahu soal hal itu.
Beberapa tema guru asyik menawarkan beberapa jenis produk kosmetik kepada saya. Awalnya saya berkata tidak karena memang barang-barang yang mereka tawarkan sungguh saya merasa dan sadar bahwa itu tidak saya butuhkan. Ini untuk pertama kalinya saya berhasil mengatakan tidak pada diriku.Â
Beberapa hari kemudian sibuk lagi mengoleksi parfum. Produk tersebut ditawarkan juga untuk saya. Sebenarnya saya merasa malu ketika harus menolak. Saya takut mereka berpikir bahwa saya tidak memiliki uang. Sekali waktu seorang teman mengatakan " Ambil saja,nanti saya yang bayar". Itu artinya saya akan memiliki parfum yang gratis atau tanpa bayar. Perkataan itu sedikit meyinggung perasaanku dan dengan rasa malu akhirnya saya memutuskan untuk mengambil parfum tersebut.
Pengalaman diatas hanyalah bagian terkecil dari peristiwa yang saya alami. Ada banyak hal godaan yang sering menarik perhatianku. Tergoda untuk ngerumpi akhirnya tugas lain tertunda, tergoda untuk duduk santai sambil bermain gawai, tergoda untuk membeli ini itu dan masih banyak lagi. Memang godaan tak pernah luput dari kehidupan.
Sangat tidak mudah menjadi hijau terus-menerus dan tentu saja tidak mudah menjadi baik. Banyak dari kita yang berharap bahwa kita mampu menjalani hidup dengan niat  baik dengan tujuan agar kita terbukti berani hidup jujur, baik hati, dan adil. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa godaan ada di mana-mana dan bahkan niat  pun bisa goyah saat menghadapi frustrasi biasa atau krisis mendadak. Sulit untuk tidak tergoda di alam yang penuh kompetitif, koruptif, serakah, tidak jujur, tidak adil, agresif, dan haus kekuasaan dan malas seperti saat ini.
Peristiwa ini menghantar saya pada sebuah refleksi bagaimana saya harus berjuang menghadapi godaan. Sangat menarik merenungkannya bahwasanya saya dan kita terlahir organ moral yakni otak. Organ otak memampukan kita untuk memikirkan segala sesuatunya juga memampukan kita untuk bertindak secara natural demi mempertahankan hidup.. Tetapi ingatlah otak juga dilengkapi dengan organ nafsu yang terbesar dan terprogram dengan canggih.Â
Melawan godaan dan berlaku benar adalah salah satu tantangan saya menjadi pribadi yang  dewasa. Hal ini bukanlah perkara mudah apalagi nilai-nilai baik dalam diri tidak berkembang dengan baik. Pikiran serta hati harus seimbang serta kepribadian yang matang akan cukup membantu saya untuk melawan godaan.
Aristoteles pernah berkata bahwa " Orang yang berbudi luhur tidak akan pernah tergoda melakukan kesalahan". Itu artinya bahwa saya tidak diperkenankan untuk mentolerir sikap-sikap saya yang menghalalkan banyak cara untuk memenuhi godaa-godaan yang ada. Mungkin saya bukanlah tipe orang yang dikatakan oleh Aristoteles tapi setidaknya saya mampu mengontrol diri saya dan tidak membiarkan hidupku dibelenggu oleh godaan yang membutakan mata dan hati.