Dalam buku Psikologi Bermain Anak Usia Dini karya Diana Mutiah, pandangan Jean Piaget mengenai perkembangan kognitif anak menekankan bagaimana anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir mereka melalui interaksi dengan lingkungan dan aktivitas bermain. Piaget menyatakan bahwa anak-anak membentuk sendiri pemahaman mereka tentang dunia dengan menggabungkan informasi baru dengan keterampilan yang sudah mereka miliki. Bermain, menurut Piaget, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kognitif, di mana anak-anak secara bertahap belajar memproses informasi mulai dari tahap sensori-motor hingga tahap bermain sosial yang lebih kompleks.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif dan Peran Bermain
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam beberapa tahap, dan setiap tahap ini memiliki bentuk aktivitas bermain yang berbeda yang berkontribusi pada perkembangan berpikir mereka. Pada tahap sensorimotor (0-2 tahun), bayi belajar tentang dunia melalui indera dan gerakan fisik. Mereka mulai memahami hubungan antara tindakan mereka dan hasil yang muncul, misalnya saat menggenggam atau melempar mainan. Aktivitas bermain fisik seperti ini penting karena membantu bayi mengembangkan skema awal untuk memahami dunia.
Di tahap praoperasional (2-7 tahun), anak-anak mulai bermain imajinatif dan simbolis. Mereka mungkin berpura-pura menjadi orang dewasa atau memainkan peran dalam permainan rumah-rumahan. Ini adalah contoh bagaimana bermain tidak hanya merefleksikan perkembangan kognitif, tetapi juga membantu anak mengembangkan pemahaman simbolis. Melalui permainan ini, anak-anak belajar mengasimilasi dan mengakomodasi ide-ide baru dengan cara yang kreatif.
Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), permainan mulai melibatkan strategi dan logika. Anak-anak menikmati permainan yang membutuhkan pemecahan masalah, seperti teka-teki atau permainan papan yang melibatkan perencanaan, seperti catur atau monopoli. Dalam tahap ini, mereka mulai mampu berpikir lebih sistematis dan logis, dan permainan yang lebih terstruktur membantu mengembangkan kemampuan tersebut.
Asimilasi, Akomodasi, dan Bermain
Menurut Piaget, perkembangan kognitif melibatkan dua proses utama: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah ketika anak menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, sedangkan akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif untuk menampung informasi baru yang tidak sesuai dengan pengetahuan sebelumnya. Bermain adalah salah satu cara utama anak-anak melatih kedua proses ini.
Sebagai contoh, saat anak bermain dengan balok-balok bangunan, mereka mungkin menggunakan skema yang telah mereka miliki tentang cara menumpuk objek (asimilasi). Namun, ketika mereka menghadapi tantangan seperti balok yang jatuh, mereka harus menemukan cara baru untuk menyeimbangkannya, yang memerlukan penyesuaian (akomodasi). Dengan demikian, bermain bukan hanya aktivitas rekreasi, tetapi juga alat pembelajaran yang penting bagi anak-anak untuk menguji dan memodifikasi pemahaman mereka tentang dunia.
Kecerdasan dan Aktivitas Bermain
Dalam buku ini juga dicatat bahwa tingkat kecerdasan anak berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mengikuti permainan. Anak dengan kecerdasan lebih rendah mungkin mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam memahami permainan yang kompleks, sedangkan anak dengan kecerdasan tinggi dapat mengikuti permainan yang membutuhkan strategi berpikir yang melebihi usia mereka. Dengan demikian, permainan yang melibatkan strategi dapat lebih bermanfaat bagi anak-anak dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, sementara permainan yang lebih sederhana membantu anak-anak dengan kecerdasan yang lebih rendah untuk tetap berpartisipasi dan berkembang.
Penerapan dalam Pendidikan Formal
Pandangan Piaget tentang bermain juga dapat diterapkan dalam pendidikan formal. Banyak pendekatan pendidikan modern, seperti metode Montessori, memanfaatkan prinsip-prinsip ini, di mana anak-anak didorong untuk belajar melalui aktivitas bermain yang mandiri dan berbasis eksplorasi. Dalam lingkungan pembelajaran yang dirancang berdasarkan teori Piaget, anak-anak tidak hanya diajarkan untuk menghafal informasi, tetapi juga diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kognitif mereka melalui interaksi aktif dengan lingkungan dan teman sebaya.
Kesimpulan
Pandangan Jean Piaget mengenai peran bermain dalam perkembangan kognitif anak sangat jelas: bermain tidak hanya mencerminkan pertumbuhan intelektual anak, tetapi juga merupakan sarana bagi anak-anak untuk mempraktikkan dan menguatkan keterampilan kognitif mereka. Melalui bermain, anak-anak berlatih mengasimilasi informasi baru dan menyesuaikan skema pemikiran mereka untuk mengatasi tantangan baru. Meskipun bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan kognitif, bermain memberikan kontribusi penting dalam memperkuat keterampilan dan pengetahuan yang sudah diperoleh, serta membantu anak-anak mencapai tahap kognitif yang lebih kompleks.
Sumber :
1. Mutiah, D. (n.d.). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Malang: Perpustakaan Pusat UIN Maliki Malang.
2. Santrock, J.W. (2019). Development Through Life: A Psychosocial Approach. New York: Cengage Learning.
3. Piaget, J. (1954). The Construction of Reality in the Child. New York: Basic Books.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H