Mohon tunggu...
Tika Fitri Lestari
Tika Fitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tika Fitri

Be happy and keep going :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Kritik Seni Pada Teater "Korupsi" Seri Punakawan oleh Teater Koma

27 November 2021   13:15 Diperbarui: 27 November 2021   13:15 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Teater koma adalah sebuah organisasi atau komunitas teater yang berada di Jakarta. Hingga kini tetap memiliki eksistensi di tengah-tengah kehidupan seni pertunjukan lain yang marak bermunculan. Eksistensi Teater Koma terbangun melalui pimpinan dan para pengelola, serta anggotanya yang selalu respek dalam bidangnya masing-masing. Teater Koma berdiri pada 1 maret 1977. Walaupun ditengah pandemi seperti ini, Teater Koma masih terus eksis melalui kanal youtubenya. Salah satu karyanya adalah teater "Korupsi" yang dibawakan oleh Punakawan yang di upload pada 19 Mei 2021.

Secara garis besar teater ini menceritakan tentang keresahan Semar terhadap kejadian di negerinya dan di negeri di masa depan yang mana banyak para pejabatnya yang melakukan korupsi dan menyengsarakan rakyat. Selain itu dikisahkan juga bentuk ratapan Semar yang memprediksikan di masa depan akan ada penyakit pageblug.

Jika dilihat dan dicermati lebih mendalam, pada teter ini merupakan salah satu bentuk kritikan kepada para pejabat yang seharusnya mengayomi dan sebagai wadah penerima aspirasi rakyat, namun para pejabat tersebut malah memanfaatkan kewenangan dan kekuasaannya untuk mengambil uang rakyat. Selain itu, kegiatan korupsi seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia, hal tersebut  ditunjukkan pada kritikan Semar pada durasi (2:50-3:01) yang mengungkapkan "Masa kini dan masa depan kok ya sama saja, semua dikorupsi oleh para pejabat." Dimana hal tersebut menjelaskan bahwasannya Semar merasa heran bahwasannya dari zaman dulu hingga sekarang banyak uang rakyat yang dikorupsi oleh para pejabat, yang apabila dihubungkan kembali dengan kejadian di negeri ini, dari zaman presiden Soekarno hingga sekarang Jokowi para pejabatnya pasti ada yang mengkorupsi uang rakyat.

Selain itu pada Scene Semar durasi (15:48-15:56) dalam kutipan "Meskipun negeri itu sudah diberantas tetapi nyatanya yang jelas korupsi itu akan tetap ada" dimana dijelaskan bahwasannya walaupun korupsi sudah diberantas tetap saja masih ada. Sedangkan jika dikaitkan kembali dengan negeri ini bahwasannya walaupun sudah ada KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) tetapi masih tetap saja ada kasus korupsi yang terjadi.  Sehingga dijelaskan bahwasannya korupsi di Indonesia seakan sudah mandarah daging dan sudah menjadi kebiasaan para pejabat untuk memperkaya dirinya sendiri.

Dibalik menceritakan tentang korupsi, dalam teater "Korupsi" yang dibawakan oleh Punakawan tersebut Semar juga memprediksikan tentang akan adanya wabah pageblug. Hal tersebut dijelaskan pada Scene Semar dalam durasi (24:54-25:55) " Kelak Amarta akan ditimpa pageblug, dan itu waktunya bisa sangat lama, dan kita semua harus bersiap-siap rakyat juga nanti akan diberitahu pageblug itu adalah yang kosong dan tak ada tapi bisa bikin manusia wafat. Tapi yang kosong itu ada bendanya. dan benda itu sangatlah kecil". Dalam kutipan tersebut Semar meramalkan bahwa negerinya akan mengalami masa pageblug yang diperoleh dari benda kecil yang mampu menyebabkan manusia wafat. Jika dikaitkan dengan kejadian saat ini, ramalan semar tersebut benar terjadi, dimana sekarang terjadi pandemi yang berasal dari virus corona yang banyak menelan korban karena terpapar virus corona tersebut.

Sehingga jika dikaitkan dengan kehidupan sekarang, pada teater tersebut merupakan bentuk sindiran tentang negeri ini yang pejabatnya banyak korupsi dan menganggap agama menjadi hal politik, selain itu lebih mirisnya lagi para pejabat yang korupsi tersebut dapat hidup bermewah-mewahan ditengah kehidupan masyarakat kecil yang semakin tercekik. Ditambah lagi dengan adanya pandemi virus corona semakin memperlihatkan bahwasannya dunia ini semakin hari semakin seram.

Dari segi penggambaran tokohnya sudah jelas, karena para pemainnya adalah Punakawan dan istri si Semar, selain itu para pemain (Punakawan) juga sudah memakai atribut pendukung seperti kalung yang bertuliskan inisial nama-nama para pemain, sehingga mudah untuk dibedakan. Selain itu setiap tokoh memiliki peranan dan porsinya masing-masing, dari segi gaya bahasanya pun menggunakan pembawaan yang mudah diterima bagi para penikmatnya walaupun diselipi dengan Bahasa daerah (Bahasa Jawa).

Jika diliat dari jalan ceritanya, sudah sesuai dengan judul yang diambil yaitu menceritakan tentang masalah korupsi, selain itu ditambah dengan menyinggung masalah virus corona. Namun alangkah lebih baiknya lagi jika setelah menyinggung perihal virus corona dikaitkan kembali dengan topik awal yaitu korupsi. Namun selebihnya isi cerita yang disampaikan pada teater "Korupsi" yang dibawakan oleh Punakawan mudah dipahami oleh penikmatnya dan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan keresahan masyarakat kepada petinggi negara yang dibawakan dengan media kesenian daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun