Mohon tunggu...
Tika
Tika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik pada kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cegah Ruam, 4 Mahasiswi UM Ciptakan Produk Popok Bayi dari Tongkol Jagung

13 Juli 2024   18:45 Diperbarui: 13 Juli 2024   18:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim STECOE-DIAPERS, Universitas Negeri Malang

MALANG – Sudah tak asing bahwa popok dianggap sebagai kebutuhan primer bagi para orang tua karena keberadaannya yang praktis. Para orang tua kebanyakan memilih popok sekali pakai yang dijual di pasaran karena harganya yang murah. Namun, penggunaan popok sekali pakai secara terus-menerus rawan menimbulkan ruam karena mengandung senyawa yang berbahaya seperti klorin, paraben, timbal, dan kandungan plastik. Dampak dari penggunaan zat kimia tersebut dapat menimbulkan ruam pada kulit bayi.

Ruam popok pada bayi umumnya muncul di area kelamin, dubur, dan lipatan paha. Timbulnya ruam pada kulit bayi dapat mengganggu tumbuh kembang dan menimbulkan ketidaknyamanan. Faktor-faktor penyebab ruam umumnya disebabkan waktu pemakaian popok yang lebih dari 4 jam, daya serap popok rendah, tekstur popok yang kurang lembut, dan adanya kandungan plastik pada popok.

Limbah popok sekali pakai juga berdampak pada penumpukan limbah anorganik yang dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu selama 450-500 tahun untuk terurai. Hal tersebut tentunya sangat berdampak pada keseimbangan ekosistem lingkungan, seperti penurunan kesuburan tanah, akumulasi mikroplastik, dan kontaminasi nutrisi pada biota laut.

Untuk menangani permasalahan tersebut, empat mahasiswa UM di antaranya: Mey Beby Prastika Dewi, Akhwalus Sholikah, Maulidiah, dan Dea Arum Puspitasari mengembangkan inovasi produk popok bayi yang diberi nama STECOE-DIAPERS. Popok bayi ini berbahan kain katun, tongkol jagung, serat kapas, dan glukomanan yang dapat mengurangi resiko ruam pada kulit bayi. Tekstur lembut pada popok dikarenakan penggunaan kain katun dan serat kapas. Selain itu, popok ini memiliki daya serap tinggi hingga 100 kali dari berat awal karena peran dari glukomanan.

”Inovasi kami terinspirasi dari kebutuhan para orang tua terhadap penggunaan popok sekali pakai yang tinggi, tetapi dari penggunaan popok tersebut rawan menimbulkan ruam sehingga kami mengembangkan produk ini”, tutur salah satu anggota tim. Mereka juga mengatakan bahwa pemilihan bahan didasarkan pada kadar selulosa yang tinggi sehingga popok memiliki daya serap yang tinggi. 

Tim tersebut juga menuturkan bahwa produknya dapat digunakan sebagai media tanam karena terbuat dari bahan organik sehingga dapat berperilaku sebagai pupuk kompos ketika bercampur dengan tanah. Urine yang terdapat pada popok juga berperan dalam penyuburan tanah sehingga produk popok ini memiliki nilai tambah.

”Kedepannya kami akan mengembangkan produk ini dari segi kuantitas, produksi, dan beberapa hal lainnya yang mendukung peningkatan kualitas produk”, berikut harapan tim terhadap pengembangan produk kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun