Mohon tunggu...
Tigor Simanjuntak
Tigor Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang Akuntan Pajak

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mobilku Hilang

9 Juli 2012   17:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu itu hari Sabtu sore, aku pergi ke gereja untuk sebuah pertemuan.  Cuma sebentar. Jam 16.00 kami sudah bubar. Sewaktu mau pulang aku tidak mendapatkan kunci mobilku di kantong. Aku kembali ke dalam dan mencarinya di tempat tadi aku duduk. Ternyata tidak ada juga. Tiba-tiba aku ingat kebiasaanku yang lebih suka meninggalkan kunci di mobil, karena aku berpendapat memang di situlah kunci paling aman ditaruh. He he… aku memang pelupa, jadi dari pada lupa mendingan tinggalkan kunci di tempatnya saja di mobil. Memang ini yang sering bikin masalah aku dengan istri di rumah. Dia selalu ngomel kalau aku tinggalkan kunci di mobil. “Itu sama saja dengan membiarkan orang mencuri mobilmu!” Aku sampai hapal kalimat yang sudah ratusan kali dia ucapkan itu. Tapi menurutku “kalau Tuhan tidak izinkan, maka mobil itu pasti tidak hilang.” Rohani sekali ya…. Sambil berlari kecil ke lapangan parkir, aku senyum-senyum mengingat ucapan istriku si “ratu  kuatir” itu. He he… kalau ada maling di gereja, pasti dia adalah calon petobat baru, pikirku sambil terus tersenyum. Sesampai di halaman parkir, aku tidak melihat mobilku. Sambil melambaikan tangan ke rekan lain yang pulang duluan, mataku masih celingak-celinguk mencari mobilku. Aku ingat betul posisi tempat parkir tadi. Warna mobil itu merah Ferrari, jadi terlalu ngejreng untuk tidak terlihat di sore yang cerah ini. Ke mana ya…. Senyuman mulai pudar setelah aku yakin bahwa mobil itu memang  sudah tidak di tempatnya. Sisa Innova hitam pak pendeta  di halaman parkir. “Aah… mobilku yang cuma satu-satunya itu hilang?” Aku mulai panik. Aku bahkan tidak peduli kala pak Pendeta beranjak pulang dan menawarkan tumpangan padaku. Ajakannya hanya kutampik dengan senyum kecut. Tanpa kata. Semoga beliau tak tersinggung. Kepanikan semakin memuncak setelah semua orang di sekitar lapangan parkir bilang tidak melihat mobil itu. Hadoooh…. Aku duduk menenangkan diri, sambil merenungkan betapa malunya aku yang tidak mendengarkan nasihat istriku. Pergi ke kantor polisi adalah tindakanku selanjutnya untuk membuat laporan dan menjelaskan semua permasalahan termasuk identitas mobilku. Setelah itu aku duduk termenung di pelataran kantor polisi…. Aku masih di situ bukan karena terhibur dengan tatapan iba para petugas jaga padaku, tapi karena memang aku tidak tahu mau ke mana. Seleraku pupus…. Setelah beberapa waktu berlalu, kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan jam 20.15.  “Aah… sudah ngga iya nih,” pikirku. Sudah terlalu malam, dan aku berpikir lebih baik mengaku salah kepada istriku dan memberitahukan masalahku. Aku ambil hape dan memberanikan diri menghubungi istriku. Tapi belum terjadi sambungan, ternyata istriku sudah menghubungiku duluan. Hape itu masih di telingaku namun hape itu berbunyi nada ringtone yang kupakai khusus untuk istriku, dentingan piano tunggal Op. 55 Nocturne No. 2 in Eb Major karya Chopin. Jadi tanpa lihat hape, aku sudah tahu bahwa itu adalah telpon masuk dari istriku. Aku tidak langsung jawab, aku nikmati dulu dentingan piano itu sambil berusaha menenangkan diri dan merancang kata-kata. Setelah merasa siap, aku tekan tombol hijau lalu diikuti sapaan “Ya sayang….” Sapaan “sayang” memang favorit istriku dan selalu kuucapkan padanya bila aku membutuhkannya. Biasanya dia selalu menjawab balik dengan sapaan mesra juga. Tapi kali ini jelas berbeda. Tiba-tiba di seberang sana suara istri aku terdengar menggelegar, “Pah…. apa-apaan sih… ditelpon-telpon ga ngangkat!” Suaranya begitu keras sehingga dengan refleks aku jauhkan hape itu dari telinga. Aku tidak lagi mendengar jelas apa yang diucapkannya. Hati ini terlalu galau untuk mendengarkan guruh yang tak terduga itu. Sambil hape masih jauh dari telinga kudekatkan mike hape ke mulut dan mulai bertanya, “Kenapa mah…. Mama di mana?” Kudengar dia berbicara cepat dan keras bak Shakira menyanyikan Addicted to You yang bahasanya tak kumengerti. Hanya nada tinggi saja yang kutangkap. Ret tet tet tet… Ret tet tet tet…. “Gimana mah…? Apa sih…?” Kataku pura-pura tak mendengar suaranya. Tapi hatiku mulai menuduh, “Ooh mungkin pak Pendeta sudah lapor ke istriku kalau mobilku hilang. Ini sudah intervensi!” Pikiranku semakin ngawur. Samar-samar kutangkap istriku berkata, “Bapa di mana…?” Sambil memandangi hape aku berkata, “di gereja mah….” Maaf, saat itu kepiawaianku berbohong mulai keluar. Begitulah. Aku memang terdesak. Aku sedang membayangkan suatu penderitaan tak berujung. Aku yang tidak cengeng ternyata mendapati mataku sudah berkaca-kaca. Lamunan dua detik itu buyar karena nada tinggi di seberang sana, “Yang bener! Mama sekarang di gereja! Bapa di mana?” “Ya udah, bapa ke sana…” kataku sambil meloncat keluar dari kantor polisi mencari taksi. Aku mulai mendekatkan hape ke telingaku. “Pah… denger ga?” “Ya mah, bapa denger.” “Papah apa-apan sih ngelaporin mobil hilang…?” Hening sejenak…. “Beginikah hari penghakiman itu…?” pikiranku semakin kacau. “Mama sekarang di gereja sama polisi! Mama lagi jalan ditangkep polisi nih. Kan bapa tadi mama anterin….” “Oouw my goodness….” Mataku terpejam dan menekan dalam-dalam badanku ke sandaran jok taksi. Lemas. Tapi kelegaan tiada tara segera mengusir galau. Makanya…. TS: He he… ini bukan true story. Ini hanya dramatisasi dari sebuah Christian joke. GBU.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun