Mohon tunggu...
Muhammad Ginanjar
Muhammad Ginanjar Mohon Tunggu... -

wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Bayangan Putih itu adalah...

18 April 2013   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:01 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andre tersentak, ..kaget, takut, takjub bercampur menjadi satu. Nafasnya melambat, jantungnya seolah siap-siap berhenti berdetak, tubuhnya menghangat dan tak terasa keringat muncul di keningnya.

Bayangan putih, seperti kabut asap tipis namun padat terlihat sangat jelas di pojok kamarnya. Logika dan nalar yang berusaha dimunculkan dalam pikirannya, tidak mampu menjelaskan bahkan mendekati pun tidak, fenomena yang dilihat oleh mata telanjangnya.

Ia pun langsung bergerak, meninggalkan tempat bersilanya dilantai, langsung loncat ke tempat tidurnya. Tatapan mata tetap tertuju kepada wujud kabut putih yang bergerak dan seolah berusaha mencari bentuk yang pas…

(SEMINGGU YANG LALU)

“gue ga percaya yang begitu-begituan! Titik!” ketus Andre, mendengar cerita sahabatnya mengenai sosok penampakan mahluk halus yang berbentuk wanita berjubah putih berambut panjang yang belakangan sering dilihat oleh sahabatnya, Aldi – di halaman belakang rumahnya, akhir-akhir ini.

“suer Ndre! Gue ga bo’ong. Gue juga gak percaya. Lu tau gue lah. Kepikiran aja gak. Lu kan tau gue gak suka ama yang kaya begituan, emangnye gue si Junaidi!” cetus Aldi, meyakinkan Andre sekaligus mencela Junaidi , rekannya yang lain yang kebetulan suka dengan cerita-cerita yang berbau misteri, mistis, klenik, dan sejenisnya.

“lu salah liat pasti. Kalo lu bisa liat mahluk halus, itu berarti lu bisa liat jin. Lha syetan dan iblis itu adalah bangsa jin yang jahat, yang ingkar sama Alloh SWT. Padahaldi Alquran, iblis dan syetan gak bisa diliat oleh kita, tapi mereka bisa ngeliat kita dengan jelas!” jelas Andre yang kebetulan pernah denger pamannya yang seorang ustat pernah berbicara seperti itu. “yang lu liat itu adalah imajinasi lu yang terproyeksikan di mata lu oleh bawah sadar dan sugesti lu coy!” lanjut Andre, berusaha mengilmiahkan hal fenomena yang dialami oleh rekannya, Aldi.

Aldi senyum kecut. “ia kali ya. Dah ah, bodo amat, yg penting ga ganggu ..” lanjut Aldi tidak mau ambil pusing. “nah itu yg penting bro” tegas Andre. “oke deh, gue cabut dulu ya, balik” Andre pamit, langsung menuju mobilnya yang diparkir tepat di depan rumah Aldi. Saat itu hari sudah malam, sekitar jam 10.

Andre tiba-tiba merasakan bulu kuduknya berdiri - sesaat , Andre merasa sedikit menyesal juga berbicara dengan nada ‘nyolot’ , gimana kalau apa yang dilihat Aldi memang benar. Dan gimana kalau dia merasakan merinding karena mahluk halus berada disisinya sekarang… agak kepikiran juga. Tapi langsung saja Andre menaikkan frekuensi keberaniannya, dengan cara menarik nafas dalam-dalam, sedikit berdehem, berusaha mengontrol perasaan dan pikirannya dengan berzikir, dan mengalihkan perhatiannya ke hal-hal lain. Ia berusaha mengingat ketika ia sholat berjamaah di mesjidil haram. Kebetulan Andre pernah umroh.

Lumayan efektif. Sekejab, rasa takut Andre lenyap.

Keseokan harinya Andre bertemu dengan Junaidi, tetangganya di depan teras rumah, kebetulan Junaidi mau pergi ke warung. “Jun! sini bentar!” panggil Andre. “bentar, gue mo ke warung dulu ya …” beberapa saat kemudian, Andre yang sudah menyiapkan kopiuntuk Jun langsung angkat bicara ketika Jun sudah tiba di teras rumah Andre “Jun, si Aldi liat mahluk halus tuh dirumahnya, cewe, kuntilanak kali ya hehee” canda Andre “menurut lu apaan tuh Jun” Andre sebenarnya bukan ingin tahu jawaban Jun, tapi berencana untuk menyampaikan opininya mengenai fenomena penampakan versi dia sendiri kepada Jun. dan sayangnya Jun menyadari hal itu. “ hmm, apa yah…salah liat kali tuh si Aldi “ timpal Jun sambil tersenyum.

“ah elu Jun, ditanya serius, lu kan bisa’an. Peka sama hal-hal kasat mata seperti merasakan mahluk halus” korek Andre, sedikit maksa. Jun terdiam sejenak, lalu balik nanya “lha menurut lu, gimana?” ..lalu Andre dgn semangat menjelaskan teori yang dia ketahui persis seperti yang disampaikan ke Aldi kemarin malam. “nah itu lo dah tau jawabannya…, knp nanya lagi ma gue” Jun mengambil kesimpulan sambil tetap tersenyum. “lha , lu mah suka gitu…gue tau lu punya jawaban berbeda Jun” akhirnya Andre mulai benar-benar ingin tahu jawaban versi Jun karena versinya sudah dia ceritakan.

“gini aja deh Dre, ini menurut gue yaaaah ……kalau hal-hal ghaib, gue juga ga tau. Hanya Alloh yang tau” Jun mulai bicara. “adapun pengalaman masing2 orang, itu sifatnya sangat personal, individual, beda-beda satu sama lain. Kalaupun ada yang sama, ga lantas langsung bisa disamain.” Jun berusaha hati-hati dalam menjelaskan .“setiap fenomena yg dialami tiap manusia, itu adalah bagian dari proses hidupnya – yang sangat personal, yang harus dia teliti dan ambil hikmahnya. Nah, caranya, deketin Alloh…Tanya ama Dia langsung, biar tahu apa maksud dibalik fenomena tsb dan gimana harus bersikap serta berbuat. insyaAlloh deh…” jelas Jun

“insyaAlloh apa Jun?” …Tanya Andre. “insyaAlloh selamet dunia aherat, itu kan yang penting hehe” Jun sedikit terkekeh.

“berarti lu sepakat ama pendapat gue kan Jun?” Andre masih maksa, keukeuh. Jun menatap wajah Andre, sambil berbicara pelan penuh kesabaran “jawaban lu ya itu buat lu…kalo lu yakin begitu, ya udah, yakini aja”..lalu Jun berbicara lagi “tapi perlu diingat, mungkin, ini mungkin yahh…suatu saat, lu punya jawaban lain” Jun senyum sambil berdiri siap-siap pulang ke rumahnya.

“maksud loh?” Tanya Andre sedikit kesel. “ udah dulu ah, gue buru-buru nih” Jun tersenyum sabar. Langsung pergi meninggalkan Andre yang dongkol.

Keseokan malamnya, Jun mampir ke rumah Andre. Kebetulan sepulang sholat Isya berjamaah di mesjid, ia melihat Andre sedang menghisap rokok di depan rumahnya, pikir Jun enak juga nih mampir sebentar sambil ikutan ngerokok sebatang. Andre dan Jun ngobrol basa-basi, becanda, sampai akhirnya kembali ke topic yang menurut Andre belum selesai kemarin pagi ….

“Jun, yang kemaren lu bilang, deketin Alloh, Tanya langsung ama Dia, itu teknisnya gimana?” Andre bener bener penasaran. “kan paman lu ustat, masa nanya ma gue sih” Jun tersenyum. “gue pengen nanya versi elu deh, pelit amat sih” Andre mulai nyolot. “ya kalu gue sih, solat aja, trs tambahin solat sunat, tambahin lagi ama ngaji, trs tambahin lagi ama zikir…terus ..” sebelum Jun menyelesaikan kalimatnya, Andre langsung memotong “lhaa itu mah semua org tau, itu mah melaksanakan yang wajib dan yang sunnah kaliiii” potong Andre. “ya emang itu, emang pikir lu ngapain?” Jun memasang tampang pilon bin blo’on.

“itulah cara mendekat kepada Alloh SWT. Melaksanakan yang wajib dan yang sunnah, berbuat baik – lillahita’ala, sambil terus berdoa dan berdialog kpd-Nya. Semampunya…” jelas Jun. singkat.

“lha terkait ama masalahnya si Aldi, itu gimana cara kita cepet dapet jawaban mengenai fenomena yang dialamin si Aldi?” Tanya Andre. “ya doain aja, biar selamet. Sementara itu aja dulu Dre”.

Jun paham betul, Andre menginginkan sebuah pengalaman, pemahaman atau kemampuan spiritual yang Instan. Padahal apa yang Jun sampaikan kemarin, itu adalah sebuah proses, proses seumur hidup hingga tiba ajal dan kembali ke rahmatullah kelak …proseslah yang berharga, proseslah yang kita nikmati, dan proseslah yang bernilai, melalui proseslah kita akan banyak mengetahui. Adapun hasil akhir, hanya Alloh yang berhak dan berkuasa menentukan. Serahkan aja sama Alloh, ikhlaslah…begitu pikir Jun

Pembicaraan akhirnya selesai. Selesai gak selesai kumpulkan.

Tapi diam-diam, Andre berusaha menjalankan apa yang disarankan oleh Jun. apa yang memang seharusnya dilakukan, sambil berdoa ..”ya Alloh, hamba pengen tau, bener ga sih apa yang diliat oleh Aldi, hamba ingin merasakan dan membuktikannya sendiri. Langsung. Bukan kata orang, bukan kata ustat apalagi kata dukun. Tapi jangan serem-serem ya Alloh. Amiin” begitu dan begitu saja doa yang di ucap, ketika selesai sholat.

Pas tiba malam sabtu, tiba-tiba Andre merasa ingin sekali duduk bersila sambil berzikir, kira-kira waktu itu jam 11 malam. Setelah berpikir sejenak, lalu Andre mulai berzikir dengan zikir yang dia sukai. Yaitu membaca istigfar. Sejam berlalu, rasanya koq nikmat, pikir Andre…terus, tiba-tiba Andre ingat doanya selama ini dan ia panjatkan lagi doanya itu dalam hati sambil terus berzikir…tiba-tiba ketika jam menunjukan pukul 12.30…

Andre tersentak, ..kaget, takut, takjub bercampur menjadi satu. Nafasnya melambat, jantungnya seolah siap-siap berhenti berdetak, tubuhnya menghangat dan tak terasa keringat muncul di keningnya.

Bayangan putih, seperti kabut asap tipis namun padat terlihat sangat jelas di pojok kamarnya. Logika dan nalar yang berusaha dimunculkan dalam pikirannya, tidak mampu menjelaskan bahkan mendekati pun tidak, fenomena yang dilihat oleh mata telanjangnya.

Ia pun langsung bergerak, meninggalkan tempat bersilanya dilantai, langsung loncat ke tempat tidurnya. Tatapan mata tetap tertuju kepada wujud kabut putih yang bergerak dan seolah berusaha mencari bentuk yang pas…

Tiba-tiba, wujud kabut asap itu lambat laun, namun pasti membentuk wujud rambut hitam panjang..terurai hingga ke lantai…wajahnya sama sekali tidak terlihat, rambut hitam terurai panjang , menutupi kabut asap yang kini berwujud seperti tubuh berjubah putih….dan hampir sempurna berbentuk sesosok yang diyakini Andre adalah wanita. Tapi… sosok tersebut lambat laun mendekat, mendekat dan terus mendekati tempat tidur Andre, tempat dimana Andre duduk…

Andre mulai panic. Tapi anehnya, ia tidak bisa bergerak…

Andre berusaha, melakukan apa yang dilakukannya saat merasa takut dan merinding. Tapi tidak berhasil. Sementara sosokmengerikan tadi sudah berada kira-kira dua meter di depan Andre. Akhirnya Andre, kembali berzikir, kali ini dia berteriak kencang….

“Dre, dre…bangunn, bangun hey” Andre terperanjat dan bertereak kaget ….“ hwaaaaaaa!!!” dilihat sosok ibunya, berada dihadapan wajahnya – dengan memakai mukena putih. “kamu ngimpi serem ya. Ngimpi apa kamu Dre?” Tanya ibunya sambil tersenyum. “ambil air wudhu sana, sekalian tahajud” saran ibunya sambil tetap tersenyum.

Andre istigfar. “ia ia mah” jawab Andre. “ duh syukurlah, cumin mimpi..” jawab hanya bergumam dalam hatinya sendiri, sambil masih terduduk di lantai, di atas sejadah. “ ternyata gue ketiduran, dan ngimpi” hibur Andre.

Setelah mendapati dan memastikan Andre baik-baik saja, maka ibunya pun langsung pergi kembali ke kamarnya.

Andre langsung wudhu, sholat tahajud dan duduk terdiam.

Ia kembali merenungi, merenungi “proses” mulai dari rumah Aldi hingga detik ini. Dalam terdiam, ia kini baru menyadari, sebuah proses telah terjadi pada dirinya.

Dan ia sepakat dengan Jun, bahwa kejadian yang baru saja di alami, adalah sebuah proses yang sangat personal bahkan sangat special bagi dirinya… dan bertekad dalam hati bahwa proses tsb tidaklah akan ia dijadikan sebuah aliran atau ‘isme’ baru, bukan pula bahan untuk dijadikan perdebatan, atau disebarluaskan ke sembarang orang dgn cara yang kurang akal dan kurang bijaksana – apalagi dgn pemaksaan, bukan pula untuk menjadi sebuah kesombongan, apalagi untuk dikomersilkan…. Bukan, bukan untuk itu – pikir Andre dalam keheningan malam…

Sebelum kembali tidur, ia hanya bersyukur, kembali memohon ampun, seraya berdoa, semoga proses yang ia alami tsb, entah berupa pengalaman, pemahaman atau kemampuan baru, entah yang terasa baik atau buruk – dapat menjadi bekal bagi ia pribadi khususnya dan dpt bermanfaat bagi orang lain yang mebutuhkan pada umumnya, ….yaitu sebagai bekal untuk kembali ke rahmatullahi, kelak ….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun