Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Wah, Siswaku Besok UN

5 Mei 2014   00:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399199976274697359


Selamat ya, akhirnya waktu tertemui juga. Saat yang kalian impi-impikan setiap kali kalian mengukur langkah diperjalanan sekolah. Kucuran peluh itu sudah menyentuh kesepahaman pikir kok, jika kalian sudah pantas menunaikan ujian ini. Kadang masih terdengar bagaimana keluhanmu setiap kali rentetan tugas tak terselesaikan. Yakin saja jika keluhan itu akan kalian temukan di tengah kesulitan menemukan jawaban.

Kurang 24 jam lagi, kenangan manis itu akan kalian temui. kenangan yang hanya dimiliki oleh sosok-sosok kekar dengan senyum tanpa henti. Kalianlah sosok-sosok itu, maka cegah sekuatnya cemberut rupa jika harus memaksa untuk ada. Tampilkan kelincahan saat engkau memasuki awal gerbang sekolah ini, dengan mengepalkan tekad dan membulatkan sikap. Bayangkan lagi, apakah ada rasa gelisah di sana?

Yah, besok adalah kecerian dalam sejarah hidup kalian. Jangan sia-siakan momen indah itu. Hayati sepenuh jiwa, resapi setiap detiknya. Temukan aurora luasnya cahaya harap dalam setiap hitamnya goresan pena. Kalian sudah terakui oleh waktu sebagai pribadi yang telah mengenyam wacana-wacana. Segerakan isi dengan tekad untuk yang terbaik, lawan setipa hentakan gusar dan hampa. Wacana yang telah kalian reguk sedang menunggu manis di tempat yang telah kalian janjikan. Hentakkan langkah menemuinya, salamkan jika wacana dan kalian adalah syurga bagi catatan sejarah.

UN besok hari adalah gumpalan rindu dari perjalanan waktu yang telah engkau rajut dengan peluh dan ragu. Posisikan diri kalian sebermakna mungkin untuk meniti masa depan. Jangan engkau lihat besok adalah kiamat, tetapi jejali bisikan mimpi jika setelahnya adalah syurga.

Manis yang aku rasakan melihat semangat kalian dalam menapaki jalan. Aku sebagai saksinya, yang akan menjadi jawab atas besarnya wibawa kalian menatap buana. Luruskan niat, pandang setajam mungkin langkah ke depan. Ringankan langkahmu untuk menuju gerbang kepastian itu!

Siswaku, engkau besok ujian. Bangga rasanya menatap wajah kalian yang semakin menampakkan keceriaan. Rupawan, anggun, dan mengesankan. Maka, dekati yang terkasih kalian, jabat dan cium dari mereka. Bisikkan dengan bergetar jika kalian tidak lebih dari kehebatannya, yah, ibu bapak kalian. Pandang selama mungkin kerut di dahi dan bopeng wajah dirinya. Rasakan, betapa tidak ada secuilpun kebencian akan makna cinta darinya. Paksa keduanya untuk memunajatkan do'a, karena do'a mereka adalah kepastian langkah kalian untuk bisa.

Segerakan pula hati menghampiri keteduhan yang menenangkan. Tidak ada waktu lagi untuk menduga hasil dan memaksa pesan. Binarnya hati adalah jaminan akal untuk mengantarmu pada jawab yang benar di setiap soal.

Siswaku, langit kebingungan, awan ketakutan, angin ketidak-percayaan diri semakin gila menggoda. Pejamkan mata saja, agar bisa menemuka wajah diri yang sejatinya, yaitu melangkah dengan gagahnya tanpa ada ketakutan akan hal apapun selama langkah itu sebagai ejawantah rupa keinginan jiwa.

UN bukanlah hantu, juga bukan impian, apalagi hanya guyonan. Kepercayaan diri kalian sedang menyapa segala tautan-tautan. Hanya yang berani merendah sembari pasrah dengan sepenuh logika yang bisa menyapa momen ini dengan indahnya. Waktu telah memilihmu untuk bisa menapaki itu.

Kertonegoro, 4 Mei 2014

Ilustrasi : locinta.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun