vi. Tentang ketinggian Asmara ;
Pupus naluri menatap sebab
Menua ketakutan akan akibat
Sepi penghambaan, lebur jati diri
Lorong yang tak lagi berwarna
Bukan takut ditinggal
Tidak lagi jenuh berlama-lama mengkuliti diskusi
Dewi asmara menabur senyum atas segala hentakan
Tersipu kala melihat derai tangis yang berkejaran dengan waktu
Melipat senja bagi hati-hati yang membuka ruang untuk meluka
Karena ketinggian rasa
Oleh pengertian hasrat setia
Dari picu kedalaman tafsir juwita
Luruh, purna segala keabadian benci
Walau keniscayaan luka, menggenang di pintu langkah
vii. Tentang guyuran Duga ;
Aku tetap di sini
Terpaku atas nama flamboyan putih
Yang menggugurkan dedaunan demi lestari marwah
Bisikan mengguyur jejak-jejak lamunan
Menemani rentetan kisah
Aku,
Sebut, kala hina segala duga
viii. Tentang Kita ;
Inilah fase terberat dari renungan
Antara membagi gairah dengan kepastian
Tentang kita, buritan panjang
Tentang catatan memeluk jiwa
Inilah bisu tanpa kelu
Remasan pusaran atas waktu merajut wajah
Jauh menusuk diri, seganas asmara menerkam jiwa
Tentang kita, tentang asmara
Kasih yang jatuh oleh ketinggian hati
Jatuh oleh pelukan abadi
Tergolek di kaki-kaki sebab
Terbawa jauh mengarungi lamunan gersang
Tentang asmara, kita
Yang tak akan pernah mampu terjamah rindu dan amarah
Kertonegoro, 10 Januari 2015
Ilustrasi :muharikdakwah.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H