Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sahabat Bersyukurku

16 April 2015   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(renungan Jum'at)

.....
Saya punya sahabat, tidak terlalu akrab. Tetapi selalu ketemu setiap hari. Tidak pernah menyapa kecuali sesekali. Kalau tersenyum, itu mesti.
.....

Sahabat yang telah mendidik saya untuk terus istiqomah dalam bersyukur. Sahabat yang mengajak saya untuk selalu membaca sejauh yang bisa saya baca. Sahabat yang memaksa saya untuk menidurkan obsesi yang berlebih.

Adalah sahabat itu, bisa dipastikan jam 6 pagi melintas di depan rumah. Kadang berdua, kadang bertiga, tidak jarang berempat. Bisa dipastikan menjelang maghrib sahabat saya ini akan melintas kembali, meskipun saya sering melihat jam 8 malam ia melintas di depan rumah dengan segala kepayahan yang tampak di rautnya.

Tidak banyak yang ada dalam sorot matanya kecuali terlihat di pagi hari dengan keceriaan, dan melintas di sore hari dengan kelelahan membawa berkarung-karung beban barang. Ilustrasi kehidupan anak manusia yang tidak bisa saya abaikan setiap harinya.

Ketika saya Tanya, berapa kilo perjalanannya. Dengan hanya isyarat tangan saya bisa membaca tidak lebih dari 20 kilo sahabat saya ini berjalan kaki setiap hari.

Ketika saya Tanya, akan menghasilkan berapa rupiah barang-barang itu. Jawabnya saya disuruh menebak sendiri sembari menunjukkan apa yang ada di karung yang ia bawa. Perkiraan saya sementara, rerata rupiah yang dibawa pulang tak lebih dari 40 sampai 50 ribu nilai barang dari rombongan ini.

Bagi masyarakat di desa saya, sahabat ini bisa jadi melebihi ketenaran seorang kasun atau seorang tokoh tingkat desa. Anda sebut saja nama itu, bisa dipastikan sebagian besar masyarakat desa akan mengenalnya.

Sahabat bersyukur saya, Sajar namanya. Yang tadi sore saya ajak untuk membagi cerita di depan rumah. Dengan gaya khas minim katanya, saya harus bisa menterjemahkan cerita yang ia bagi. Dan, saya tidak mampu menceritakan dengan kata-kata, karena kata pun tidak akan mampu menjabarkan betapa lugasnya sahabat saya ini dalam membaca hidupnya.

Adalah Sajar, pemulung, tetangga tigaratus meter dari rumah saya, rumahnya. Telah saya mintai ijin untuk saya foto dan untuk saya kabarkan dalam tulisan ini. Lihat, betapa tanpa ekspresi wajah yang dipunya. Dengan datar ia pertontonkan senjata kerja yang ala kadarnya, untuk menjual tenaga agar bisa hidup besoknya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun