(puisi akhmad fauzi)
Kang Mas, andai masih pagi, betapa sedannya jiwa bernyanyi
Embun melumuri pori seantero bulu bayi yang ada
Tanpa harus menyimpan gundah
Bebas menghirup bunga
Diajeng, kalau toh senja, pagi akan jelang jua
Resapi setiap jengkal gelincir surya
Kucurkan air mata di gelap buta
Reguk energi jiwa muda
Rindu aku akan bunga-bunga kata, Kang Mas
Berjuntai putik-putik segar menghias langkah
Merambah setiap rasa berlari-lari mengitari cerita ilusi
Bukankah almarhum yang kita damba, Di
Membebas jelajah lilitan rasa
Kala ruh bersua abadi
Tapi aku benci purnama Kang Mas, hiks
Biarlah sinarnya secerah kasih kita, Di
Aku juga benci sinarnya
Aih Di, jiwai terangnya kala meraba wajah
Aku semakin benci purnama cerah di wajah!
Lumrah Di, semakin indah wajah ketika cahya purnama menyapa
Aku benci purnama, sungguh!
Yang cerah menyinari!
Wajah asmara keriput masa
Diajeng...
Iya, Kang Mas...
Purnama jahat!
Selalu menyembunyikan pagi
Di asmara yang mulai menua
Catatan :
Sejatinya ingin puisi ini terhiasi pose gambar kakek nenek sejoli tua. Apa daya, lelet semua, gegara pulsapun ikut udzur juga
Kertonegoro, 28 Maret 2015
Salam,