Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nama Indonesia Kotori "Jabal Rahmah"

9 Februari 2014   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13919190621693834334

Tema ini saya temukan di ROL, media onlinenya harian Republika. Cukup mengganggu juga kesan yang tersirat dari judul ini. Judul asli di media online tersebut adalah “Nama Indonesia Penuhi Coretan Di Jabal Rahmad”. Miris juga membaca ulasan berita ini. Kita tahu Jabal Rahmah adalah area yang ditakdirkan Tuhan, Allah SWT, untuk mempertemukan kembali dua sosok pemula manusia, Adam dan Hawa, selepas mendapat sanksi atas ketidaktaatan kedua. Berangkat dari pertemuan itu, (bisa jadi) kreasi imajinasi manusia menghasilkan ide untuk menancapkan simbol jika Jabal Rahmah, bukit Rahmah, sangat tepat dinamakan Bukit kasih sayang.

Dilihat dari tempatnya yang dekat dengan Padang Arafah, tentu bisa dimaknai jika bukit inipun memiliki aurora yang tidak jauh berbeda dengan Arafah. Arafah adalah tempat puncak prosesi wukuf. Dan memang Arafah sendiri adalah tempat yang makbul untuk berdoa (insyaAllah), begitu juga dengan Jabal Rahmah.

Tetapi, mengapa harus nama Indonesia yang memenuhi bukit itu? Mengapa bukan di bukit lain? Gua Hiro’ misalnya, atau di Padang Arofah sekalian? Akankah fenomena ini menjadi suatu gambaran yang baik, mengingat Jabal Rahmah adalah bukit kasih sayang sehingga nantinya terkesan Indonesia memang penuh kasih sayang? Atau malah sebaliknya, Indonesia perlu menitipkan coretannya agar kasih sayang merambah juga di Indonesia? Paradoksi duga yang sama-sama miring kan maknanya?

Jangan-jangan ini masih berkaiatan dengan “iuran do’a” yang beberapa waktu lalu menyeruak dalam berita media. Jangan-jangan pula, semoga tidak, karakter Indonesia memang cukup romanc dan melo, sehingga perlu dideklarasikan di sebuah bukit yang saban hari dan setiap tahun dipenuhi jamaah (baik yang berniat haji maupun umroh).

Dua minggu lebih yang lalu, teman sekantor menunaikan Umroh, saya sempat menitipkan sesuatu ke beliau, salah satunya adalah menelisik benarkah di sana di Jabal Rahmah penuh dengan coretan nama Indonesia. Alhamdulillah, ternyata benar, nama Indonesia bertebaran di batu-batu di sekitar bukit itu. Syukurlah, saya sempat menitipkan juga “tidak perlu ikut-ikutan mencoretnya” dan teman saya mengikuti saran saya itu.

Jabal Rahmah penuh nama Indonesia, bukan nama yang tertulis huruf INDONESIA, tetapi nama-nama yang familier dengan (yang berbau) nama orang Indonesia. Nah lho! Jadi, bisa jadi (jika kita dipanggil ke sana ke Jabal Rahmah ke Tanah Suci) tertemukan nama Ponijan, Ponijah, Siti Markonah, Supri atau apalah yang sejenis nama dengan itu!

Terbayang dalam benak saya, efek apa yang ingin diharapkan dari pencoretan itu? Semahal itukah harga kasih sayang hingga harus berkunjung dulu ke sana? Sementara tuntutan untuk itu tidak ada. Hanya saja, semoga nama itu bukan untuk menjustifikasi keinginan untuk terkabulnya “kasih sayang” yang tidak sesuai dengan tuntutan agama. Hanyalah sebatas menuliskan agar tertanam kasih sayang dua sejoli yang telah halal menurut agama. Ah, Indonesia, ada-ada saja.

Sementara hukum Tuhan adalah konstan, tuntunan yang sudah jelas terjabarkan lewat nabi-nabiNya. Kreatif sekali manusia, semoga ini bukanlah keisengan yang bisa merubah aqidah yang sudah jelas adanya atau bukanlah bermaksud membuat-membuat aturan agar semakin sempurna. Semoga, amin.

Kertonegoro, 9 Januari 2014

Yang merindukan berkunjung ke sana, semoga

Saya, yang bernama Indonesia

Link terkait dan gambar dari : www.republika.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun