Â
(Esai parade menghitung nikmat Tuhan)
Sekelumit tentang perjalanan sebuah persepsi.
Bersyukurlah kepada anda yang sedang dikritik, lebih-!ebih dihujat. Tuhan, Allah swt. Sedang memberi ruang dan waktu kepada anda untuk merapikan diri. Bersyukurlah dengan senantiasa menyapa ramah mereka, kritik mereka, hujat mereka. Busana diri anda akan semakin rapi. Dan anda akan mengakui, ternyata mereka dengan segala kritikannya benar-benar sahabat sejati.
Bersyukurlah kepada para pengritik. Energi yang anda keluarkan beserta amunisi kritikan adalah hal yang mutlak untuk disyukuri. Dengan mensyukuri kesempatan untuk mengkritik itu, ikhtiar yang sedang anda lakukan itu akan semakin bernas dan membahana. Ingat, bersyukur itu ada nuansa intropeksi diri, plus, ada lautan kebaikan yang dijanjikan Tuhan, Allah swt. Kepada hamba yang senantiasa bersyukur. Jangan anda melenyap atas syukur itu, yang akibatnya anda cepat menyerah hanya oleh gertak sambal belaka.
Bersyukurlah kepada yang dikritik dan yang mengkritik! Anda sedang dirindukan masa untuk mempercantik sejarah. Anda berdua sejatinya sedang membangun lubang yang dalam bagi para pembebek, penjilat, dan brutus-brutus yang senantiasa berfoya-foya di tengah anda berdua dengan gincu merahnya! Kubur mereka...
Robb, jadikan kami hamba yang berjiwa raya untuk terus bersyukur, agar tahu mana yang haq, mana yang bathil. Aamiin.
Semoga bermanfaat!
Â
Kertonegoro, 1 Pebruari 2026Â
Salam,
Â
Ilustrasi  : purwantierika.blogspot.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H