Kadang hidup harus berganti
Menepi, dan diakhiri
Selusin bidadari menabur mawar
Mengantar hidup kembali sunyi
Jasad lelah penuh makna
Tertoreh dalam sejarah
CUKUPLAH SUDAH
Hantaran do’a bergulung membelah awan
Mengerus bangga atas jiwa anak manusia
Terlahir untuk mencipta
Tercipta untuk membentangkan gapura
Panggung gairah kumbang-kumbang belia
Bak GELAS-GELAS KACA berkilau cahaya
Untukmu aku berdoa
Sang pelantun MARINA
Lagu sahaja, lirik menggema
Menangis bersimpuh di sisi wajah maya
Melingkari temaram sukma
Seperempat abad
Tangan dingin itu melumat sekat
Mengguyur kreasi anak negeri
Ranum keyakinan di antara kelindan aral melintang
Terlahir bintang-bintang
DI MALAM YANG DINGIN
Bintang-bintang gemerlap meruah
Kejora nyanyian membius lamunan
PADAMU TUHAN
Aku titipkan satu lagi
Pujangga nyata, peramu rasa
Langlang catatan, berderet kekaguman
USAH KAU HARAP lagi
Kegaduhan dunia yang membumi
Kayuh biduk keabadian, menyusur taman kahyangan
Wewangi syurga tinggal selangkah lagi
Tutup mata bawa, ketinggian kreasi menghadap illahi
Sang maestro kembali
Kadang harus berganti
Hidup memang untuk diakhiri
Agar bermunculan butiran-butiran baru lagi
*Mengenang bang Rinto (alm), pelukis wajah negeri
Kertonegoro, 10 Februari 2015
Ilustrasi : wardc.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H