Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kompasianer Kalang Kabut, Berebut #Save yang Masih Berkabut!

28 Januari 2015   00:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14223533241845720548

Menurut saya sih unik melihat warna tulisan kompasianer beberapa hari belakangan ini. Bayangkan, pak Armand saja (maaf ya Pak saya sebut nama Bapak) harus tiga kali bersuara dalam tulisannya. Bisa dimaklumi jika beliau termasuk yang harus diserbu pesan sehingga harus menuangkan “harus diserbu pesan sehingga harus menuangkan “kejelasan” (yang ngga super tedjo, heheh...) dalam memandang drama versu-versusan itu.

Blog warga yang terkenal kandang pecinta dua jari ini dibuat pusing untuk menampilkan jati dirinya. Yah, jari berapa lagi yang pas untuk ditampakkan (agar tidak jadi “yang tidak jelas”). Jadilah Kompasiana seperti terlahir kembali! Peta yang sudah tampak di masa pilpres tak lagi berlaku. Yang dulu satu jari bisa tetap keukeuh di satunya atau malah riang dan ganas dalam bersuara. Yang dua jari, pecah! Yang lebur tiga jari sesuai ajakan presiden terpilih, limbung, bingung.

Ketika BG masih di DPR, suasana masih langsam saja. Yang satu jari dan yang anti dua jari hanya ancang-ancang untuk merangsek keluar dengan ciri khasnya. Muncullah akun-akun baru tanpa rupa. Yang dua jari masih berlagak konsis dengan “kecintaannya” dengan sesekali menyalahkan partai bahkan DPR yang dianggap bermain batman-batmanan. Yang tiga jari agak tampak elegan keberpihakannnya, menolak dengan konsep dasar karena “korupnya”.

Sebagian pelaku fiksi pun dehem-dehem, bahkan ada yang sudah batuk-batuk memuntahkan amarahnya. Agak angkat topi saya dengan teman-teman kompasianer fiksi ini yang lebih berpihak pada moralitas. Yeah... moralitas yang nampaknya sedang diperebutkan dalam konstelasi drama itu.

Hampir seminggu ini semua kalang kabut. Kompasianer berebut! Berebut save sesuai yang dilihatnya. Beruntun terlahir, #SAVEKPK, #SAYAKPK, #SAVEPolisi, #SAVEJokowi, dan yang paling gres adalah #SAVEIndonesia.

Saya dimana? Entahlah, bingung juga! Lha wong tokoh yang satu partai dengan penguasa saja sudah sebegitu beraninya memprediksi “Kini saatnya untuk meruntuhkan....”.

Beruntunglah saya, yang dulu memilih yang itu, tetapi tidak mau terjebak kemana-mana lagi untuk memilih di arena drama rasuah ini. Kecuali hanya tersenyum saja menikmati kalang-kabut itu sembari tak henti-hentinya berdoa, “Ya Rob, teman-teman saya lagi sengkarut, engkaulah pemilik hatinya. Satu yang ingin aku harap dari mereka, semoga mereka tetap menjadi kompasianer yang jelas!!!”. Amin

Salam Indonesia jernih!

Untuk kehebatan Kompasiana!

Kertonegoro, 27 Januari 2015

Catatan :

Syukurlah, meski belum reda betul tetapi suasana hiruk-pikuk ini sudah mulai menemui titik balik. Bentuk kedewasaan warga negeri!

Ilustrasi : meandbiologi.wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun