Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Do’a Nabi Tertolak

3 Februari 2015   05:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14228900331543678863

[caption id="attachment_394570" align="aligncenter" width="300" caption="(masjid Ijabah dari arminarekjatim.blogspot.com)"][/caption]

Menjadi keprihatinan bersama ketika ummat semakin menjauh dalam lingkaran aqidah. Senantiasa memelihara keluh kesah atas kondisi diri yang senantiasa dirundung nestapa. Padahal Roshululloh yang terjamin hidupnya oleh Tuhan, tiada pernah lepas dari mara sengsara, cerca, dan siksa. Semakin menjadi keseharian kini, solusi hidup lebih meyakini hal-hal yang jauh dari syar’i. Mencari gaya-gaya penyelesaian yang lebih rentan untuk menggadaikan keyakinan. Nabi tidak pernah lepas dari rasa lapar, bagaimana beliauharus melilitkan tali untuk menahan batu di perutnya.

Kita bukan nabi? Yah, memang tidak akan pernah jadi nabi, karena Beliaulah utusan terakhir dari Sang Kuasa. Menteladani lah jawaban yang cukup rasional bagi ummat yang menyadari kelemahan iman. Menteladani beliau adalah bagian dari rasa cinta dan terima kasih. Ingat, Roshul tidak pernah lepas dalam memikirkan ummat. Peristiwa Isro’ Mi’roj bukti nyata fahamnya beliau akan kadar daya tahan juang ummatnya. Yah, cukuplah lima waktu itu nas yang diberikan Tuhan, setelah Nabi harus memperjuangkannya. Kini, ummat saling berselisih! Menjadi amunisi ampuh “pihak lawan” untuk mengaburkan makna kemaslahatan iman, dan mempercepat kebinasaan!

Adalah masjid Bani Mu’awiyah, saksi bisu atas kepastian dari takdir perselisihan itu. 'Amir bin Said dari bapaknya berkata bahwa, Suatu hari Rasulullah saw. telah datang dari daerah berbukit. Ketika Rasulullah saw. sampai di masjid Bani Mu'awiyah, beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikn shalat dua rakaat. Maka, kami pun turun shalat bersama dengan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. berdo'a dengan doa yang agak panjang kepada Allah swt. Setelah selesai beliau berdoa, maka Rasulullah saw. berpaling kepada kami lalu bersabda, "Aku telah memohon kepada Allah swt.  tiga perkara. Dalam tiga perkara itu Allah hanya memperkenankan dua perkara saja dan satu lagi ditolak. 1) Aku telah memohon kepada Allah swt. supaya Ia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berkepanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah swt. 2) Aku telah memohon kepada Allah swt. supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh a.s.). Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah swt. 3) Aku telah bermohon kepada Allah swt. supaya umatku tidak dibinasakan karena perselisihan sesama mereka (peperangan, perselisihan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku ini tidak diperkenankan (telah ditolak)”.

Itu hadits shahih, jika berkenan menelaah banyak ibrah di dalamnya. Yakinkanlah diri ini jika Tuhan, Allah swt. tidak akan membinasakan ummat Islam oleh kesulitan musim yang berkepanjangan. Tidak pula akan musnah dalam bencana semisal ummat Nabi Nuh a.s. Tuhan membiarkan ummat dalam perselisihan, ini menjadi bukti kuat jika : 1) bukan nilai-nilai syariat yang salah, nyatanya Allah swt. memang membiarkan mereka debat saling mengumbar masalah, 2) menjadi filter, siapa yang lebih dewasa dalam melihat agama (Islam), 3) menjadi titik tekan untuk memulai membangun kekuatan, lewat perselisihan itu, dan 4) menjadi kemahfuman diri, jika kehancuran ummat karena perselisihan sesama ummat.

Adalah masjid Bani Mu’awiyah, tempat permohonan Nabi ditolak Tuhan. Masjid yang kemudian berganti nama masjid Ijabah. Nama yang terinspirasi dari dua do’a yang dikabulkan dan satu do’a yang tidak diperkenankan.

Masihkan kita mengumbar perselisihan? Sementara potensi perselisihan itu sudah menjadi wacana berpikir Nabi jauh sebelum perselisihan-perselisihan itu ada! Bisa jadi ummat Islam sendiri tidak tahu jika perselisihan itu memang harus tejadi, dan dibiarkan Tuhan untuk menjadi kebinasaan ummat Nabi akhir jaman ini!

Apa yang harus kita lakukan? Mari kita perkecil perselisihan itu agar kehancuran tidak cepat terjadi. Panjang jika harus diuraikan, cukuplah bekali diri dengan 1) Islam ituagama sejuk dan menyejukkan, 2) kembalilah kepada Al-qur’an dan sunnah, 3) lakukan penyelesaian perselisihan itu dengan cara-cara yang sejuk dan damai, 4) tidak salah jika harus waspada dari pihak-pihak yang memanfaatkan cela perselisihan ini.

“Laqod ja’akum Rosulum minanfusikum ‘azizun ‘alaihi maa’anittum hariishun ‘alaikum bik mu’miniina ro’uufur rohim. Faintawallau faqul hasbiyallahu lailaaha illa huwa, alaihi tawakkaltu wa huwa robbul ‘arsyil ‘azhim”.

(At-Taubah ayat 128-129)

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung”.

(At-Taubah ayat 128-129)

*Mari senantiasa perbaharui iman yang kita punya, dunia telah renta!

Kertonegoro, 2 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun