Tersebutlah seorang bapak yang mengeluhkan perilaku anaknya yang sangat jauh bertolak belakang dengan dirinya. Sulit diatur, malas bahkan jauh dari etika. Padahal, menurut bapak itu, semua perilaku itu sangat dipantangi oleh dia sejak kecil, bahkan selama dia mendidik anak dan keluarganya.
Orang yang diajak curhat bapak itu meminta sekali lagi agar si bapak intropeksi diri lebih dalam.
Seminggu kemudian si bapak datang lagi, menceriterakan hasil instropeksinya. Dengan tegas si bapak mengatakan bahwa dia cukup bersih. Perilakunya kepada sesama dan Tuhannya selama ini selalu di jaga dengan baik. Termasuk cara memberi nafkah keluarga pun cukup bersih dari kotoran. Hanya pernah ada isyu kalau istrinya selingkuh ketika si "anak bandel" itu baru berumur satu tahun.
Kembali, disarankan untuk mentes DNA-nya.
Sebulan kemudian si bapak tadi datang menyampaikan hasil tes DNA yang dilakukan. "Positif, Pak, dia bukan putra saya. DNA-nya beda!". Jelas Si bapak itu lesu.
"Terus..., rencana bapak selanjutnya?", tanya orang yang menjadi tumpuan curhat itu".
"Itulah yang ingin bantuan bapak untuk mencari jalan keluarnya...", jelas si bapak semakin menunduk.
"Oh, sederhana kok jalan keluarnya. Lanjutkan saja dalam berkeluarga jika bapak bisa bersabar. Atau, ceraikan!".
"Apa ada alternatif lain, Pak...?", harap si bapak semakin lesu.
"Ada, banyak. Tetapi akan membuat anda semakin ragu!".
Â