Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Ragu

28 Agustus 2015   15:43 Diperbarui: 28 Agustus 2015   15:43 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersebutlah seorang bapak yang mengeluhkan perilaku anaknya yang sangat jauh bertolak belakang dengan dirinya. Sulit diatur, malas bahkan jauh dari etika. Padahal, menurut bapak itu, semua perilaku itu sangat dipantangi oleh dia sejak kecil, bahkan selama dia mendidik anak dan keluarganya.

Orang yang diajak curhat bapak itu meminta sekali lagi agar si bapak intropeksi diri lebih dalam.

Seminggu kemudian si bapak datang lagi, menceriterakan hasil instropeksinya. Dengan tegas si bapak mengatakan bahwa dia cukup bersih. Perilakunya kepada sesama dan Tuhannya selama ini selalu di jaga dengan baik. Termasuk cara memberi nafkah keluarga pun cukup bersih dari kotoran. Hanya pernah ada isyu kalau istrinya selingkuh ketika si "anak bandel" itu baru berumur satu tahun.

Kembali, disarankan untuk mentes DNA-nya.

Sebulan kemudian si bapak tadi datang menyampaikan hasil tes DNA yang dilakukan. "Positif, Pak, dia bukan putra saya. DNA-nya beda!". Jelas Si bapak itu lesu.

"Terus..., rencana bapak selanjutnya?", tanya orang yang menjadi tumpuan curhat itu".

"Itulah yang ingin bantuan bapak untuk mencari jalan keluarnya...", jelas si bapak semakin menunduk.

"Oh, sederhana kok jalan keluarnya. Lanjutkan saja dalam berkeluarga jika bapak bisa bersabar. Atau, ceraikan!".

"Apa ada alternatif lain, Pak...?", harap si bapak semakin lesu.

"Ada, banyak. Tetapi akan membuat anda semakin ragu!".

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun