Bergelayut di tengah sobekan hati
Warna meleleh memburam pasi
Pucat tertelan alibi
Rindu putih
Sebab hati membaca
Dari wajah berharap rasa
Mengulur perapian senyum telaga cinta
Desir belantara dialek sepi bersit ranum bahagia
Bulatan mata sinar pancar makna
Terselip kilau alun gejolak hasrat membiru
Menyisakan lirikan menghujam butir-butir embun maya
Engkau ‘tlah tertitipkan lamunan bayu kala senja menarik malam
Sahara kasih berputar mengitari badai kenyataan
Jawaban misteri atas bergoyangnya rerumputan tersapu debu
Kokoh elegan menatap di satu titik pusat lipatan lirik mata tajam
Kisah kesatuan benak menempuh petualangan sayu kasih tersipu
Melirik kala sepi kata
Terurai sejuta sapa akan rindu
Dari tajam mata biru terbalut sayu
Jawaban atas cinta yang berdiri tengadah resah
Menunggu di lorong sepi tanpa lentara isyarat membaca wajah
Jangan melirik!
Hujaman itu menderu sekeras jiwa
Jangan melirik, jangan hanya terus melirik
Rebahkan makna tatap itu dalam sekat kepastian di dada
Biarkan larut mengikuti tetes tanya sejauh alur yang bisa terjangkau
Lirik itu,
Membunuh diri
Bersama indahnya janji
Walau sang malam tetaplah misteria
Meliriklah, jika itu jawaban atas kepastian tatap bola mata!
Kertonegoro, 8 Oktober 2014
Ilustrasi : kaskus.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H