Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Hanya Melirik

8 Oktober 2014   18:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14127431572037207441

Bergelayut di tengah sobekan hati

Warna meleleh memburam pasi

Pucat tertelan alibi

Rindu putih

Sebab hati membaca

Dari wajah berharap rasa

Mengulur perapian senyum telaga cinta

Desir belantara dialek sepi bersit ranum bahagia

Bulatan mata sinar pancar makna

Terselip kilau alun gejolak hasrat membiru

Menyisakan lirikan menghujam butir-butir embun maya

Engkau ‘tlah tertitipkan lamunan bayu kala senja menarik malam

Sahara kasih berputar mengitari badai kenyataan

Jawaban misteri atas bergoyangnya rerumputan tersapu debu

Kokoh elegan menatap di satu titik pusat lipatan lirik mata tajam

Kisah kesatuan benak menempuh petualangan sayu kasih tersipu

Melirik kala sepi kata

Terurai sejuta sapa akan rindu

Dari tajam mata biru terbalut sayu

Jawaban atas cinta yang berdiri tengadah resah

Menunggu di lorong sepi tanpa lentara isyarat membaca wajah

Jangan melirik!

Hujaman itu menderu sekeras jiwa

Jangan melirik, jangan hanya terus melirik

Rebahkan makna tatap itu dalam sekat kepastian di dada

Biarkan larut mengikuti tetes tanya sejauh alur yang bisa terjangkau

Lirik itu,

Membunuh diri

Bersama indahnya janji

Walau sang malam tetaplah misteria

Meliriklah, jika itu jawaban atas kepastian tatap bola mata!

Kertonegoro, 8 Oktober 2014

Ilustrasi : kaskus.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun