Tari Saman (www.tribunnews.com)Menari Yuk!
KLU Hari Ini
#HariTARIinternasional
Sebentar lagi akan musim perpisahan di sekolah. Terbayang saya akan mendapat bagian yang rutin, yaitu ngurusi seni dan hiburan. Heran saya, kok ya tahu saja teman-teman ini kalo saya senang banget dengan yang berbau seni. Apa tampang saya kayak "Tukul" sih?
Pastinya benar memang, untuk yang sifatnya resmi, ada sedikit ketertekanan di dada ini. Apalagi kalau sudah dipaksa moles-moles acara biar terkesan baik dan lalu digembar-gemborkan baik.
Seni dan hiburan itu akan lebih menarik kalau apa adanya, bukan apa-apa ada, apalagi harus ada. Sering saya share dengan siswa, tunjukkan saja hidung pesekmu itu, jadikan ikon ketertarikan penonton padamu. Atau, jangan sembunyikan panu yang ada di balik telingamu atau leher belakangmu! Jadikan itu proses mendialogkan dirimu dengan penonton.
Kembali tentang perpisahan. Pasti sampai detik ini sudah menggumpal di benak siswa saya tentang apa yang akan ditampilkan. Mulai dari penampilan per kelas, per ekskul, per individu. Saya yakin, dalam benak siswa saya sudah ramai berdialog dan berdiskusi. Riuh hasrat.
Satu hal yang sampai hari ini menjadi keheranan saya. Begitu nanti dibuka siapa yang mau mendaftar untuk tampil TARI, wowww.... hampir per kelas akan berebut menyodorkan diri.
Ya Tuhan..., tetapi, dari beberapa yang sudah mendaftar setelah saya amati dengan serius, ternyata yang namanya TARI TRADISIONAL tidak terbaca oleh saya. Artinya, beberapa grup tari kelas, yang menyodorkan diri lebih SREG memilih tari kreasi baru, dance, bahkan koploan! Itu pengalaman saya beberapa tahun terakhir ini.
Yah, mengingatkan saya di beberapa acara televisi yang hampir pesertanya menampilkan tari kreasi baru. jarang yang menampilkan tari tradisional. Entah, dikemanakan tari tradisional itu!
Ke mana tari-tarian kita saudara-saudara...!
Hari ini adalah Hari Tari Internasional, semakin pesemis saja saya jika di hari ini ingatan bangsa ini, anak-anak bangsa ini, mau berpikir sejenak tentang Tari Gambyong, Tari Kipas, Tari kecak, Remo, dan seterusnya.
Grup reog, di daerah saya, di kabupaten saya semakin berkurang! Ketua paguyuban reog Jember, yang juga kakak kelas saya waktu SMA, setahun lalu kala reuni membisik ke saya jika grup Reog Jember tak lebih dari lima biji saja, enam dengan grup yang dimiliki teman saya ini. Ke mana yang lain? Bisa jadi telah diambil negeri jiran, tempo waktu. Toh kini kita sudah dapat ganti barongsai-an yang justru marak dalam dua tahun terakhir.