Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

‪#‎HariTariInternasional‬ -Ke Mana Tari-tarian Kita?

29 April 2016   17:06 Diperbarui: 29 April 2016   20:13 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tari Saman (www.tribunnews.com)Menari Yuk!
 KLU Hari Ini
 ‪#‎HariTARIinternasional‬ 

Sebentar lagi akan musim perpisahan di sekolah. Terbayang saya akan mendapat bagian yang rutin, yaitu ngurusi seni dan hiburan. Heran saya, kok ya tahu saja teman-teman ini kalo saya senang banget dengan yang berbau seni. Apa tampang saya kayak "Tukul" sih? 

Pastinya benar memang, untuk yang sifatnya resmi, ada sedikit ketertekanan di dada ini. Apalagi kalau sudah dipaksa moles-moles acara biar terkesan baik dan lalu digembar-gemborkan baik. 

Seni dan hiburan itu akan lebih menarik kalau apa adanya, bukan apa-apa ada, apalagi harus ada. Sering saya share dengan siswa, tunjukkan saja hidung pesekmu itu, jadikan ikon ketertarikan penonton padamu. Atau, jangan sembunyikan panu yang ada di balik telingamu atau leher belakangmu! Jadikan itu proses mendialogkan dirimu dengan penonton.

Kembali tentang perpisahan. Pasti sampai detik ini sudah menggumpal di benak siswa saya tentang apa yang akan ditampilkan. Mulai dari penampilan per kelas, per ekskul, per individu. Saya yakin, dalam benak siswa saya sudah ramai berdialog dan berdiskusi. Riuh hasrat. 

Satu hal yang sampai hari ini menjadi keheranan saya. Begitu nanti dibuka siapa yang mau mendaftar untuk tampil TARI, wowww.... hampir per kelas akan berebut menyodorkan diri. 

Ya Tuhan..., tetapi, dari beberapa yang sudah mendaftar setelah saya amati dengan serius, ternyata yang namanya TARI TRADISIONAL tidak terbaca oleh saya. Artinya, beberapa grup tari kelas, yang menyodorkan diri lebih SREG memilih tari kreasi baru, dance, bahkan koploan! Itu pengalaman saya beberapa tahun terakhir ini.

Yah, mengingatkan saya di beberapa acara televisi yang hampir pesertanya menampilkan tari kreasi baru. jarang yang menampilkan tari tradisional. Entah, dikemanakan tari tradisional itu!

Ke mana tari-tarian kita saudara-saudara...!

Hari ini adalah Hari Tari Internasional, semakin pesemis saja saya jika di hari ini ingatan bangsa ini, anak-anak bangsa ini, mau berpikir sejenak tentang Tari Gambyong, Tari Kipas, Tari kecak, Remo, dan seterusnya.

Grup reog, di daerah saya, di kabupaten saya semakin berkurang! Ketua paguyuban reog Jember, yang juga kakak kelas saya waktu SMA, setahun lalu kala reuni membisik ke saya jika grup Reog Jember tak lebih dari lima biji saja, enam dengan grup yang dimiliki teman saya ini. Ke mana yang lain? Bisa jadi telah diambil negeri jiran, tempo waktu. Toh kini kita sudah dapat ganti barongsai-an yang justru marak dalam dua tahun terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun