Mendayu dalam rasa
Lewat lagu simfoni indah
Syair melilit pintalan gairah
Dendang alunan sendu gita cinta
Kebisuan, temani jiwa
Sabda ilalang terselip pesan
Sunyi lambungkan beban gulana
Menyulam pucuk-pucuk berguguran
Dari tawa, ada duka cita meronta
Terpuruk di tengah kosmopolitan duga
Bola mata di balik derai rambut hitam, sayu
Membagi cerita yang tak mampu tertahan bayu
Kedipan yang ingin meneriakkan sapa renyah
Karma bunga cinta lara menukik di dada
Jauh pilu belantara savana laguku
Ada yang lunglai bersimpuh
Romansa, jalinan jingga
Merambah ujud satu dua desah
Memeluk erat lembut sang terdamba
Lembut menimang kadar khayal nuansa
Kerasnya hati menembus dinding harapan
Meminta cumbu tumbuh di rerimbunan
Bola mata sang pecinta dimainkan
Bahasa diri di balik kedipan
Bahasa mata sorot kepastian
Belum meredup menatap keinginan
Usai menafsiri ilusi tatapan
Tenggelam dalam sayu rupa belaian
Bahasa mata menyembunyikan cinta
Bahasa mata meneteskan kerinduan
Bahasa mata larut seluas lamunan
Bahasa mata menghujam sepi
Bahasa mata yang tercinta
Bertuliskan senyum
Naluri hampa
Kertonegoro, 1 Oktober 2014
Ilustrasi : kaskus.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H