Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahasa Mata

2 Oktober 2014   05:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412178369143787459

Mendayu dalam rasa

Lewat lagu simfoni indah

Syair melilit pintalan gairah

Dendang alunan sendu gita cinta

Kebisuan, temani jiwa

Sabda ilalang terselip pesan

Sunyi lambungkan beban gulana

Menyulam pucuk-pucuk berguguran

Dari tawa, ada duka cita meronta

Terpuruk di tengah kosmopolitan duga

Bola mata di balik derai rambut hitam, sayu

Membagi cerita yang tak mampu tertahan bayu

Kedipan yang ingin meneriakkan sapa renyah

Karma bunga cinta lara menukik di dada

Jauh pilu belantara savana laguku

Ada yang lunglai bersimpuh

Romansa, jalinan jingga

Merambah ujud satu dua desah

Memeluk erat lembut sang terdamba

Lembut menimang kadar khayal nuansa

Kerasnya hati menembus dinding harapan

Meminta cumbu tumbuh di rerimbunan

Bola mata sang pecinta dimainkan

Bahasa diri di balik kedipan

Bahasa mata sorot kepastian

Belum meredup menatap keinginan

Usai menafsiri ilusi tatapan

Tenggelam dalam sayu rupa belaian

Bahasa mata menyembunyikan cinta

Bahasa mata meneteskan kerinduan

Bahasa mata larut seluas lamunan

Bahasa mata menghujam sepi

Bahasa mata yang tercinta

Bertuliskan senyum

Naluri hampa

Kertonegoro, 1 Oktober 2014

Ilustrasi : kaskus.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun