Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masa Pandemi, Saat yang Tepat Memerdekakan Budaya Literasi

14 Juli 2020   22:51 Diperbarui: 14 Juli 2020   22:51 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhmad Fauzi *)

Tahun 2016, Mendikbud, Anies Baswedan meluncurkan gerakan Jember Membaca dalam rangka menyambut Gerakan Indonesia Membaca (19/12/2015), Selang empat bulan kemudian tersiar kabar duka jika Indonesia menempati peringkat 60 dari 61 negara dari sisi kemampuan membaca dan menulis. Kabar tersebut berdasarkan dari pemeringkatan literasi internasional yang dilakukan oleh Most Literate Nations in the World, yang diterbitkan Central Connecticut State University, Maret 2016. 

Benar-benar sebuah prestasi yang cukup memprihatinkan disaat bangsa ini sedang bergairah untuk melakukan reformasi dalam segala bidang. Akankah hal ini menjadi indikasi jika pencanangan Jember Membaca tidak dapat direalisasi dengan baik. Atau, justru Gerakan Indonesia Membaca lah yang tidak tersambut dengan baik?

Sedikit saya ingin mengulas kondisi daerah saya berkaitan dengan dunia literasi. Sebagaimana kita ketahui, di tahun 2012, Jember merupakan kabupaten yang memiliki angka buta aksara tertinggi di Indonesia. Data per-2012 menunjukkan ada 167 ribu warga Jember yang masih buta aksara. Propinsi yang terbesar buta aksaranya adalah Jawa Timur, yaitu sebanyak 1,4 Juta jiwa. 

Untuk secara keseluruhan, angka buta aksara di Indonesia ada 3,4 persen dari penduduk yanga ada. Mereka tersebar di 25 kabupaten yang tersebar di enam provinsi. 3,4 persen itu ternyata jumlahnya setara dengan 5,98 juta jiwa. Sungguh sebuah angka yang cukup fantastis, karena melebihi jumlah penduduk Singapura (nasional.tempo.co dan sumber media lainnya, 2012).

Kalau merujuk pada pola gerakan Jember Membaca, dalam empat bulan dari perjalanan kegiatan tersebut seharusnya sudah bisa menampakkan hasil yang memuaskan. Apalagi entasan buta aksara di Jember Membaca ini menggunakan pola gugur gunung. Yaitu pola pendataan door to door yang kemudian dari data yang diperoleh dilakukan pelayanan upaya pengentasan buta aksara dengan melibatkan semua pihak. Mulai dari aparat TNI, birokrasi sampai dengan tokoh-tokoh pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat.

Sepintas sinergitas yang tergambar dalam pola di atas seharusnya memberikan keyakinan akan tuntasnya gerakan Jember Membaca ini. Publikasi terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jember mencatat masih ada 0,44 persen usia pendidikan 7-24 tahun belum pernah merasakan pendidikan sama sekali. 

Di sisi lain, angka penduduk yang tak lagi sekolah juga tinggi, mencapai 30 persen dari kelompok usia tersebut. "Kalau dilihat dari usia sekolah 7-24 tahun, penduduk tak pernah sekolah terbilang kecil. Tapi jika dilihat dari lima tahun ke atas, jumlahnya jauh berbeda, yaitu 12,27 persen," tutur Kepala BPS Jember Arif Joko Sutejo (radarjember.id 11 Pebruari 2020).

Memang, tidak ada keterkaitan yang signifikan antara buta aksara dengan minat membaca dan menulis. Keduanya memiliki ranah yang berbeda. Tetapi merefleksi fakta masih besarnya buta aksara di negeri ini dengan fakta lemahnya minat baca tulis akan memberikan kesempurnaan dalam menganalisis sebab.

1. Data dari survey siswa saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun