Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kertanegara Beda dengan Kertonegoro

29 September 2016   21:40 Diperbarui: 29 September 2016   22:01 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Kertanegara beberapa hari lalu menjadi fokus lensa kamera media. Nggak dini hari, ngga pagi-pagi buta, hampir 2x24 jam menjadi sorotan bliz kamera kuli tinta.

Rumah yang menyerupai istana, berkumpulnya para dedengkot jawara negeri. Dan, akhirnya memang menelorkan CALON jawara DKI.

Mungkin ini pula yang menjadi sebab tahun 2014 awal saya dikejar-kejar sesuatu. Pasalnya, sekali waktu diundang untuk hadir dalam diskusi kebangsaan. Akomodasi ditanggung. Tempat hotel bintang lima, di Jakarta pula.

Kali lain, saya dipinang empat kelompok. Untuk (katanya) dijadikan barisan opinions dalam perhelatan 2014 kemarin. 

Akhir cerita, saya tidak bisa memenuhi semua itu. Disamping saya PNS, waktu tidak memungkinkan (karena ada yang meminta untuk TOT limabelas hari dalam waktu dua bulan), -pun- saya ingin menjadi "yang bebas" saja. Bebas memuji sana sini (jika memang harus dipuji), bebas "menampar" siapa saja jika sampai berani-beraninya bermain-main dengan agama, nusa dan bangsa saya. 

Weeehhh...hehehe

Tentu saya harus mengatakan (ketika ada yang mempertanyakan), saya bukan Kertanegara Jakarta, bukan pula bagian kubu sana atau sini atau situ, apalagi sana sini situ. 

Saya hanya anak Kertonegoro, desa mungil, pinggir gunung Manggar, yang bebas dari penggusuran. Baik penggusuran nurani, penggusuran ideologi, penggusuran karakter, penggusuran kebenaran, apalagi penggusuran kekuasaan. 

Ya bedalah Kertanegara dengan Kertonegoro, Kertenegara itu dentuman seringai wajah bangsa, kalau Kertonegoro itu imajinasi tak bertepi.

Salam Indonesia 

Kertonegoro, 29 September 2016
Salam,

Akhmad Fauzi 

 Untuk tentang pinangan, ada di inbox di sebuah blog keroyokan. Saya cari-cari kok tidak ada. Mungkin imbas dari perbaikan-perbaikan yang pernah dilakukan di blog itu. Seperti hilangnya limaratus teman saya di blog itu. Begitulah nyatanya! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun