Usai resmi gagal menjadi Paskibraka, Kemenpora berkehendak menjadikan adik kita Gloria Natapradja H. menjadi DUTA Kemenpora. Ini baru keceh pak Menteri.
Apalagi alasannya cukup mengena bagi ruh dunia pendidikan, yaitu sikap tegar dalam menghadapi permasahan itu. Artinya, semangatnya untuk terus melangkah maju sebagai pemuda tidak goyah.Â
Ide-ide kebijakan semacam ini yang seharusnya terus ditampakkan pemerintah. Ada nuansa hati, ramah rasa, bertanggung jawab atas kesalahan (asal tidak yang prinsip), berpola perbaikan.Â
Saya setuju dengan langkah ini karena basic permasalahan Gloria berangkat dari kesalahan di luar dirinya. Kadar masalahnya pun juga berisi hal yang baik, berniat baik, telah berproses dengan baik untuk menuju kebaikan. Mewadahi kondisi yang demikian dengan memberinya sebuah kehormatan, setidak memberi dua arti.
1) Jika bermula dari sesuatu yang baik, maka layak untuk diapreasiasi, dijaga, dan difasilitasi agar terus berujung kebaikan,
2) Masyarakat akan membaca jika negara bertaggung jawab atas langkah yang diperbuatnya. Baik langkah itu benar atau salah.
Karakter penyelesaian semacam ini akan memberi imbas yang signifikan bagi psikologi publik. Disamping karena telah menutup permasalahan ini dengan ketegasan sesuai aturan, ternyata juga endingnya cukup menggembirakan.
Harus diakui oleh negara, jika olok-olok yang saling bersahutan di ranah publik lebih banyak dipicu oleh kurang lihainya negara (pemerintah dalam hal ini) dalam manage konflik. Sehingga celah-celah untuk mempertanyakan konflik itu masih bisa diterobos untuk diperpanjang.Â
Memberi jawaban dengan solusi yang cerdas semacam itu memang tidak akan menutup total celah permasalah yang ada, tetapi setidaknya pemerintah telah berbuat dan bertanggung-jawab. Bukan malah merespon dengan derajat yang sama dengan "lawannya". Â
Untuk kasus Gloria ini, pemerintah telah menunjukkan jiwa kebapakannya. Dan memang harus begitu langkah yang seharusnya. Bukan menjawab sebuah kontra dengan kontra yang serupa.Â
Semoga di usia 71 tahun Indonesia merdeka ini tumbuh kebijakan-kebijakan yang lebih manampakkan keramahan dan egaliternya seorang Bapak, pemimpin-pemimpin masyarakat dan bangsa.Â