Dalam paparan ini saya tidak ingin membahas secara detil tentang pernyataan Mendagri itu. Saya lebih tertarik pada korelatifnya prediksi saya yang saya tuangkan dalam tulisan saya, hampir dua tahun lalu. Maksudnya, pak Jokowi secara de facto dan de jure sudah menjadi presiden Indonesia. Tetapi ternyata apa yang saya khawatirkan di tulisan saya tersebut sedikir banyak menjadi kenyataan.
Yah, dalam tulisan kali ini saya ingin kembali mengingatkan kepada beliau agar tiga nasehat itu, utamanya tentang “ramah dengan Islam” perlu direspon dengan serius.
Saya tidak terlalu pusing menganalis dengan jeli latar belakang dari orang-orang di sekitar beliau atau warna pendukung beliau. Tetapi saya berkepentingan untuk ikut menjaga keajegan proses kepemimpinan negeri ini. Karena sejarah negeri ini membuktikan jika terjadi ketersendatan pucuk kepemimpinan akan sangat berdampak pada kondisi bangsa.
Yah, saya telah pernah menulis tentang iktiad baik saya kepada pak Jokowi sebelum beliau terpilih menjadi presiden. Kini saya kembali menulis untuk mengangkat kembali iktikad baik saya (tentunya sebagai warga negara) agar pak Jokowi lebih serius memperhatikan makna nasehat saya tentang “ramah dengan Islam”.
Mengharap sekali kepada beliau jika sejatinya seringkali Islam dan umat Islam selama ini diuji kesabarannya dengan pernyataan-pernyataan maupun sikap-sikap yang berpotensi menimbulkan resistensi, dan ketersinggungan sebagaimana yang saya jabarkan di atas. Baik yang dilakukan oleh mereka yang di luar pemerintah, di dalam pemerintahan, maupun yang di seberang jalan.
Saya tetap berharap, Bapak Presiden berani menunjukkan keberpihakannya kepada ketenangan umat Islam dalam hal ini. Bukan karena agama dan umat Islam yang terbesar, tetapi karena Islam adalah keyakinan yang dianut oleh umat, oleh rakyat bangsa ini. Dan keyakinan itu dalam Undang-Undang dilindungi sepenuhnya.
Semoga berita tentang pencabutan perda jilbab ini segera klir. Dapat dibicarakan dengan cara yang bermartabat dan terhormat tanpa harus melahirkan ketersingungan-ketersingungan, yang ketersinggungan itu berpotensi menimbulkan resistensi di akar rumput dan ketenangan sosial bangsa. Tentu semua pihak tidak berharap hal itu terjadi, karena (seharusnya hal itu) tidak perlu terjadi disuasana bangsa yang seperti ini.
Yang dibutuhkan negeri ini adalah negarawan, bukan birokrat, pejabat, politikus, apalagi pecundang. Dan saya yakin, Bapak Presiden tahu persis akan hal ini.
Salam Indonesia jernih dan teduh
Semoga bermanfaat