Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Jokowi, Perda Jilbab Terancam Dicabut di Aceh

24 Februari 2016   21:41 Diperbarui: 24 Februari 2016   22:07 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam paparan ini saya tidak ingin membahas secara detil tentang pernyataan Mendagri itu. Saya lebih tertarik pada korelatifnya prediksi saya yang saya tuangkan dalam tulisan saya, hampir dua tahun lalu. Maksudnya, pak Jokowi secara de facto dan de jure sudah menjadi presiden Indonesia. Tetapi ternyata apa yang saya khawatirkan di tulisan saya tersebut sedikir banyak menjadi kenyataan.

Yah, dalam tulisan kali ini saya ingin kembali mengingatkan kepada beliau agar tiga nasehat itu, utamanya tentang “ramah dengan Islam” perlu direspon dengan serius.

Saya tidak terlalu pusing menganalis dengan jeli latar belakang dari orang-orang di sekitar beliau atau warna pendukung beliau. Tetapi saya berkepentingan untuk ikut menjaga keajegan proses kepemimpinan negeri ini. Karena sejarah negeri ini membuktikan jika terjadi ketersendatan pucuk kepemimpinan akan sangat berdampak pada kondisi bangsa.

Yah, saya telah pernah menulis tentang iktiad baik saya kepada pak Jokowi sebelum beliau terpilih menjadi presiden. Kini saya kembali menulis untuk mengangkat kembali iktikad baik saya (tentunya sebagai warga negara) agar pak Jokowi lebih serius memperhatikan makna nasehat saya tentang “ramah dengan Islam”.

Mengharap sekali kepada beliau jika sejatinya seringkali Islam dan umat Islam selama ini diuji kesabarannya dengan pernyataan-pernyataan maupun sikap-sikap yang berpotensi menimbulkan resistensi, dan ketersinggungan sebagaimana yang saya jabarkan di atas. Baik yang dilakukan oleh mereka yang di luar pemerintah, di dalam pemerintahan, maupun yang di seberang jalan.

Saya tetap berharap, Bapak Presiden berani menunjukkan keberpihakannya kepada ketenangan umat Islam dalam hal ini. Bukan karena agama dan umat Islam yang terbesar, tetapi karena Islam adalah keyakinan yang dianut oleh umat, oleh rakyat bangsa ini. Dan keyakinan itu dalam Undang-Undang dilindungi sepenuhnya.

Semoga berita tentang pencabutan perda jilbab ini segera klir. Dapat dibicarakan dengan cara yang bermartabat dan terhormat tanpa harus melahirkan ketersingungan-ketersingungan, yang ketersinggungan itu berpotensi menimbulkan resistensi di akar rumput dan ketenangan sosial bangsa.  Tentu semua pihak tidak berharap hal itu terjadi, karena (seharusnya hal itu) tidak perlu terjadi disuasana bangsa yang seperti ini.

Yang dibutuhkan negeri ini adalah negarawan, bukan birokrat, pejabat, politikus, apalagi pecundang. Dan saya yakin, Bapak Presiden tahu persis akan hal ini.

 

Salam Indonesia jernih dan teduh

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun