Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Ke Sekolah

4 Januari 2015   05:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:52 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lusa, semua kembali ke sekolah, yuk belajar kembali. Reguk kenang masa liburan, ambil sisi positifnya lemparkan kembali yang kurang bermanfaat ke tempatnya. Jadikan liburan ini me-reset kembali gairah impian yang pernah tertancap di hati. Rasanya dua minggu waktu yang sempit untuk istirahat. Kenang kembali sentuhan-sentuhan selama “belajar” di luar sekolah. Cerna sebaik mungkin setiap senyum dan rona wajah, wajah dunia. Rangkai dengan pragmatisnya teori di bangku sekolah. Selanjutnya, sisir yang terbaik untuk karakter diri. Yuk, kembali ke sekolah dengan binar wajah karena telah bisa membelah dunia.

Untaian kata tadi mungkin terasa pas untuk konsumsi siswa. Anak didik yang masih melugu pada petuah guru. Bisa juga menjadikan tutur petuah orang tua yang semirip dengan itu. Semua untuk anak, yang masih “diangap” hijau menelan paradigma.

Pertanyaannya, perlukah (juga) petuah untuk konsumsi orang tua? Jawabnya tegas, "perlu!!! Sangat perlu dan mulai dibudayakan selalu perlu".

Menteri Perhubungan kepada AirAsia, memberi petuah walau lebih kental rasa marahnya. Menteri pun balik didamprat pilot dengan alasan terlalu “ramai” dan tergesa-gesa. Presiden memberi petuah kepada lembaga-lembaga sosial dengan kebijakan menghentikan subsidi bantuan. Lembaga sosial membantah dengan mengatakan, (kurang lebih intinya) “Bapakku tega...!?”. Yang lain ikut bersuara saling menyahut untuk berpetuah. Negara rimbun dengan aneka warna petuah. Saling menyahut dan saling berebut.

Ternyata yang dewasapun patut untuk “libur”, mensenyapkan agenda-agenda. Kemudian belajar kembali. Belajar menempatkan yang salah, mendirikan yang benar. Belajar merayu amarah, belajar membaca sejarah. Belajar mendekati, belajar saling mengerti. Belajar melenyapkan benci, belajar mengeja kasih. Belajar menghitung ukuran kehancuran, belajar menumbuhkan nilai-nilai kebermanfaatan.

Yuk para orang tua, manusia dewasa. Lusa anak-anak kita masuk sekolah. Kita yang menjaga mereka, maka harus pula menjaga wibawa. Agar petuah kita bernas terasa. Tinggikan wibawa anda dengan selalu terus belajar pula. Jika anak kita yang salah, itu lumrah. Jika kita, yang dewas, yang salah, bisa menjadi petaka, bagi mereka!

Salam Pendidikan, untuk seumur-umur!

Kertonegoro, 3 Januari 2015

Ilustrasi : otaksegar.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun