Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kabilah Pengigau, Kembalilah

25 Januari 2015   16:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422153846257146806

Robek keperkasaan selama visi memandang kehancuran

Rata dengan tanah

Rumah indah bagi rumput-rumput liar!

Kabilah menghunus pedang

Berkilau hanya dalam sarung tangan

Hanya tergenggam

Hanya dalam lamunan

Kabilah dari serombongan hati

Yang dirindukan negeri

Untuk mendirikan keniscayaan

Dari belenggu liar obsesi

Berteduh di lebatnya awan

Mencari celah memanah matahari

Busur dilepaskan

Picing mata, rimbun duga

Mati suri kepekaaan,

Kabilah semakin menelan beban

Kabilah, atas nama konstitusi

Yang kini dicuri penyamun nurani

Saling menimpuk batu di rumah sendiri

Menjadi pondasi awal atas jarak kesemestaan

Jauh tertelungkup di bawah bebatuan

Terlentang, anak kecil melumat transkrip siasat

Kabilah saling mengigau

Berlomba saling bekhotbah

Membius tatanan, me-reka hasrat kelindan

Pintal sesak langkah, untuk saling menjerat marwah

“Aku berpuisi...”, kata sebagian negeri

“Aku sedang berdendang lagu kasmaran...”, nyaring dari seberang

Rakyat tak mau lagi mendengar sejengahpun ucap bahasa

Semua hanyalah geguritan perang sangka!

Kembalilah kabilah

Anda dirindukan jiwa-jiwa

Oleh yang masih memendam iri

Untuk melihat kilauan sudut-sudut negeri

Kabilah,

Sungkurkan jidatmu!

Ada suara lirih di antara legam tanah dengan pucuk telinga

Hai, kabilah pengigau

Ini suara rantau

Yang acapkali luput dari sapa hati

Setiap kali negeri saling berbagi

Kabilah yang lahir atas nama kesuma bangsa

Masihkah tersimpan secuil pesan di saku celana anda?

Kertonegoro, 25 Januari 2015

Ilustrasi : martin-big.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun