Mohon tunggu...
Tri Firmansyah
Tri Firmansyah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"2017 Dilarang ke Jakarta, Jika..."

23 Januari 2017   05:24 Diperbarui: 23 Januari 2017   06:17 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#BangunJakarta

Citra DKI Jakarta kian cemerlang di dalam dan luar negeri. Belum lama berselang tepatnya pada tahun 2015, Pemerintah pusat menganugerahkan empat penghargaan dalam penutupan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, dan keempat penghargaan tersebut ialah Provinsi Terbaik I kategori tingkat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Provinsi dengan Perencanaan Inovatif, Provinsi dengan Perencanaan Progresif, serta Provinsi dengan Perencanaan Terbaik.

Bapak Sopyan Djalil sebagai menteri Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia pada saat itu memberikan penghargaan secara simbolis kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan menilai bentuk penghargaan ini adalah program kerja pemerintah dari pendahulunya secara berkesinambungan.

Hasil dan perubahan Jakarta ke arah yang lebih baik ini tentunya adalah hasil kerja para pejabat Pemprov DKI giat melakukan program unggulan seperti e-musrenbang, e-budgeting, hingga Kartu Jakarta Pintar (KJP). Selain itu tata kota yang lebih tersusun dan tingkat serta kelayakan hidup penduduk Jakarta lebih membaik.

Sebagai provinsi pusat negara, perencanaa dan pembangunan DKI Jakarta selalu menjadi diskursus yang sangat menarik untuk diperbincangkan oleh rakyat Indonesia. Sebagai ibukota negara, Jakarta sekarang menjadi harapan besar bagi urban dari seluruh pelosok negeri untuk mempunyai hidup yang lebih baik. Namun, perpindahan penduduk dari desa ke kota akan berlaku apabila mempunyai bakat dan keterampilan kompetitif yang dibutuhkan di ibukota.

Kenyataan yang terjadi adalah banyak diantara penduduk desa ke Jakarta tanpa ada keterampilan dan akhirnya menjadi masalah untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan kondisi rumit panyak pendatang yang bekerja sebagai buruh harian, penjual asongan, dan pekerjan sejenisnya. Bahkan, mereka yang gagal mendapatkan pekerjaan memebentuk karakter yang tunasusila, tunawisma, dan tunakarya hingga melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti mendirikan gubuk di sungai, di tepi jalur kareta api, dan di daerah jalur hijau yang membuat Kota Jakarta tak nampak elok serta menghambat program kerja pemerintah.

#BangunJakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun