Kau pernah rasakan sakit karena hatimu dan pikiranmu sendiri? Ku pikir kau belum pernah rasakan itu. Jika pun pernah, aku yakin kau lupa bagaimana rasanya sehingga kini kau pun tak peduli bagaimana rasa sakit itu kini menyiksaku. uh, ini benar-benar sakit. Seperti perang! Ya, perang tanpa pedang, karena aku harus perang dengan pikiranku sendiri.
Apa kau ingin mengingat rasa semacam itu lagi? jika iya, aku akan sedikit bercerita untukmu. Mungkin perasaan dan pikiran semacam ini kau memberinya nama ''cemburu''. Secara logika orang waras, semua kepedulian dan pemakluman manusia bisa diterima, tapi entah kenapa pikaranku selalu mengatakan hal yang membuatku takut, membuatku marah, membuatku menangis hingga sesak.
Adai aku bisa membunuh pikiran semacam itu, aku ingin membunuhnya untukmu. Meski menusuk pikiran sendiri benar-benar sakit. Tiap detik, di lorong-lorong otak di dekat telinga ada saja suara yang mengatakan ''Kau bersamaku karena aku yang mencintaimu,'' dan kau tahu, pikiran semacam ini membuatku tersiksa.
Ditambahlagi, jika dia yang dulu pernah datang di hidupmu datang dipikranku bersama suara ''Kau bersamanya karena kau yang mencintainya.'' Dan itu membuatku tambah sakit.
Andai aku tahu bagaiamana cara menyumpal suara-suara itu. Andai aku tahu cara mengikat pikiranku, aku pasti tidak sesakit ini. Aku sadar semua itu tidaklah masuk akal. Tapi Kau tahu, pikiranku itu benar-benar menyiksaku. Aku tak tahan lagi dengannya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H