TIFFANY CATHERINE GUNAWAN/19124115
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demam berdarah atau demam dengue merupakan penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sering terjadi di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Penyakit ini bisa muncul dengan gejala maupun tanpa gejala, tetapi virus ini terkadang dapat menyebabkan kasus yang lebih parah, dan bahkan kematian. Virus Dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam dengue biasanya hanya menimbulkan gejala ringan, sedangkan demam berdarah dengue menimbulkan gejala yang berat. Namun, tahap awal kedua kondisi ini memiliki gejala yang mirip. Demam berdarah tidak menular secara langsung antar manusia, tetapi ibu hamil dapat menularkan demam berdarah pada janin yang dikandungnya selama masa kehamilan ataupun proses persalinan.
Gejala utama pada demam berdarah dengue, yaitu demam tinggi secara mendadak mencapai suhu hingga 39 derajat Celsius. Demam ini biasanya berlangsung secara terus-menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Nyeri kepala, ruam kulit kemerahan, menggigil, muntah, mual, mimisan, timbul bintik-bintik merah pada kulit juga merupakan gejala lain yang biasa terjadi pada penderita demam berdarah dengue.
Kasus DBD kembali meningkat hingga 119.709 kasus pada minggu ke-22 tahun 2024. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada tahun 2023 mencapai 114.720 kasus. Meskipun kasus DBD meningkat, kasus kematian DBD menunjukkan penurunan. Pada tahun 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus, sedangkan pada 2024 minggu ke-22 terdapat 777 kasus kematian. Pada 2024, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Dengan kembali meningkatnya kasus DBD di tahun 2024, maka peran kesehatan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah kasus DBD meningkat kembali di masa mendatang.
Tenaga kesehatan masyarakat bisa mengadakan penyuluhan tentang demam berdarah dengue kepada warga, agar warga bisa mewaspadai gejala demam berdarah. Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat juga harus memberi edukasi mengenai 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, menutup wadah-wadah tempat penampungan air, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ergonomis atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. Plusnya, yaitu, menggunakan obat anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi.
Tidak hanya itu, tenaga kesehatan masyarakat bisa mengadakan pengabdian masyarakat berupa kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan bersama-sama. Setiap RT ataupun RW juga diharapkan melakukan fogging atau penyemprotan nyamuk terutama pada saat perubahan iklim. Vaksinasi dengue juga dapat dilakukan pada anak-anak berusia 9-16 tahun. Deteksi dini serta akses ke perawatan medis yang tepat sangat menurunkan angka kematian akibat demam berdarah berat.
Kesimpulannya, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan sering terjadi di daerah tropis serta subtropis. DBD dapat menimbulkan gejala ringan atau berat, dengan kemungkinan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun kasus DBD meningkat pada tahun 2024, angka kematian menunjukkan penurunan, menandakan adanya kemajuan dalam penanganan. Pentingnya peran kesehatan masyarakat dalam pencegahan DBD melalui edukasi mengenai gejala, penerapan 3M Plus, kegiatan gotong royong, fogging, dan vaksinasi. Upaya-upaya ini krusial untuk mengurangi penyebaran penyakit dan melindungi masyarakat dari demam berdarah.
KATA KUNCI : Dengue, Edukasi, Gejala, Pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA