Mohon tunggu...
Tifalny Sausan Haliza
Tifalny Sausan Haliza Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Undergraduate Nutrition Student at Poltekkes Kemenkes Bandung

Hi! My name is Titi. I'm highly passionate about enjoys learning something new. I'm mostly interested in the healthcare, environmental sustainability, and arts.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siaran Cinta Diri

7 Februari 2021   10:32 Diperbarui: 7 Februari 2021   11:11 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seorang gadis berdiri didepan panggung, menatap terpesona saat pria tampan itu mengedipkan matanya sebelah dan tersenyum padanya. Pria berambut cokelat, dia tipe pria yang tidak bisa dibayangkan, seperti malaikat senyumnya begitu indah. Pria itu menari dengan tatapan tajam dan berbinar. Sungguh tampan dan menawan. Semua orang menari dengan semangat mengikuti alunan musik.

Kringg kringgg. Suara alarm berbunyi. Gadis itu terbangun dari mimpi indahnya.

"Alaska cepat bangut alarmmu sudah berbunyi sejak tadi." Teriak ibu dari luar kamar.

"Iya bu ini sudah bangun." Jawabnya.

Tumbuh saat aku sangat berbeda dari orang-orang di sekitarku tidaklah mudah. Namaku Alaska. Aku adalah bagian dari generasi yang terus-menerus mencari validasi dari orang lain. Dari Sosial Media suka menemukan seseorang yang menurut kami akan membuat hidup kami lebih baik. Kami memposting banyak foto narsis bahkan terkadang yang berisiko dan menunggu jumlah suka atau komentar yang didapat. Tapi itu semua tidak berlaku untuk Alaska. Semenjak ia mengenal sosok pria yang sangat ia kagumi yang membuatnya berpikir berbeda mengenai masalah hidup.

Aku ingat saat berada di sekolah dasar ketika aku melihat "kekurangan" untuk pertama kalinya. Aku memperhatikan bagaimana teman-temanku jauh lebih cantik daripada aku, bagaimana mereka akan mengenakan pakaian yang lebih bagus daripada aku, dan memiliki rambut panjang yang cantik juga wajah lembut yang tidak membutuhkan riasan. Sementara itu, aku salah satu yang terpendek di kelasku dan salah satu yang paling canggung. Seringkali aku mencoba untuk melawan ini. Fase canggung itu tidak mudah bagiku. Setelah itu, aku baru saja menambahkan lebih banyak ke daftar karakteristik yang akan aku bunuh untuk diubah.

Aku menyukai hal yang berbeda, mendengarkan musik yang jauh berbeda dari teman-temanku, dan menata pakaianku benar-benar kontras dengan usiaku. Meskipun sekitar waktu itu aku menyadari bahwa aku memiliki waktu yang lebih sulit untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan mereka yang seumuran denganku, aku ingin berbicara tentang bentuk musik, buku, seni, menceritakan banyak lelucon dan permainan kata-kata. Yang membuatku cemas, banyak temanku yang memandang aku dengan rasa ingin tahu dan tidak sepenuhnya memahami motifku untuk mencoba percakapan. Aku takut dari sifat canggung ini tidak ada orang yang mau berteman denganku.

Kemudian aku akan merasa sangat malu tentang hal-hal yang akan aku katakan, bahkan jika hal itu tidak secara konvensional "memalukan". Sangat canggung, aku tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang. Seiring waktu, aku menjadi takut bahkan pada interaksi terkecil dengan orang-orang seusiaku. Aku berhenti pergi ke pesta ulang tahun atau acara reuni sekolah dan hanya akan bersosialisasi dengan beberapa orang yang membuatku nyaman atau sefrekuensi denganku. Sekitar usia ini, aku menemukan bahwa aku lebih nyaman dengan orang-orang yang sama denganku memiliki pemikiran yang sama atau setidaknya menyukai hal yang sama.

"Alaska kamu jadi gendut ya kaya gajah. Coba ikut karate deh." Ucap anak perempuan berambut hitam itu. Saat itu aku tidak mengerti maksud ucapan itu, yang kutau oh aku harus mencoba ikut karate. Aku pun mencoba ikut kegiatan karate di sekolahku. Ada satu hal yang membuatku sedih, guru karateku bilang padaku bahwa aku tidak cocok ikut karate, aku selalu melakukan gerakan yang salah. Tapi aku selalu meyakinkan pada guruku bahwa aku bisa melakukannya hanya mungkin belum terbiasa. Melihat setiap orang melakukan pertumbuhan dengan baik sedangkan aku sama sekali belum tumbuh. Tak lama kemudian aku hilang rasa percaya diri. Seperti tulang yang patah memang berat sekali untuk tumbuh kembali. Tetap memilih untuk menutupi bersembunyi dari kenyataan hidup yang pahit, dengan tersenyum berpura-pura semua baik-baik saja. Jangan takut, semua yang berwujud dan mengalami kepatahan pasti akan tumbuh. Namun, tumbuhnya belum tentu sama dan sempurna. Semua itu bergantung pada dirimu sendiri.

"Enak ya hidupnya. Sepertinya tidak pernah ada masalah. Kenapa ya hidupku rasanya berat sekali, tidak seperti mereka. Selalu bahagia." Ucap batinku melihat orang sekelilingku tertawa bahagia sedangkan aku terasa seperti orang kebingungan menghadapi masalah hidupnya.

"Alaska kamu kenapa lagi sedih ya, ada apa?" Tanya perempuan dengan kacamata merah muda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun