Mohon tunggu...
Tiesa Dayla
Tiesa Dayla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Pertanian Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN BTV UNEJ Kelompok 08 "Strategi Inovasi Produk Gula Merah dan Digital Marketing Selama Masa Pandemi"

31 Agustus 2021   22:47 Diperbarui: 31 Agustus 2021   23:00 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Rejoagung merupakan salah satu desa yang terletak di bagian paling utara Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Desa Rejoagung memiliki luas wilayah sebesar 668.883 Ha dan memiliki ketinggian 0,210 meter dari permukaan laut. Desa Rejoagung saat ini dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Bapak Shon Haji, L.c dan membawahi 3 dusun yaitu Dusun Sumberagung, Dusun Krajan dan Dusun Sumbergroto. Desa Rejoagung memiliki jumlah penduduk sekitar 8.574 orang. Pendapatan masyarakat berasal dari sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan perdagangan.dan jasa. Sarana prasarana yang tersedia hingga saat ini yaitu ruas jalan yang telah memperoleh pengerasan (pengaspalan), tersedianya saluran irigasi yang memadai, terdapat satu pasar desa, sumber air bersih, dan sarana prasarana lainnya. Mayoritas penduduk di Desa Rejoagung bekerja sebagai petani atau buruh tani. Pendapatan asli desa Rejoagung berasal dari: hasil pengelolaan kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, gotong royong, bantuan dari bagi hasil pajak kabupaten serta Alokasi Dana Desa (ADD).

Desa Rejoagung ini terkenal sebagai salah satu daerah yang masyarakatnya melakukan produksi gula merah berbahan dasar nira kelapa di Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar masyarakat Desa Rejoagung berpenghasilan dari usaha tersebut. Gula merah yang diproduksi oleh masyarakat Desa Rejoagung tidak hanya untuk dijual ke pasar-pasar tradisional namun juga untuk pasokan berbagai pabrik keap dan industri lainnya baik di area Banyuwangi maupun di luar area Banyuwangi, seperti Bali, Surabaya, dan lainnya. Pendapatan masyarakat dari usaha gula merah tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pandemi covid-19 yang masuk ke Indonesia mulai awal tahun lalu mengakibatkan penurunan pendapatan para pemilik usaha gula merah di Desa Rejoagung, hal ini disebabkan turunnya harga jual gula di kalangan produsen, yang awalnya sebitar Rp. 14.000-Rp. 15.000 per kilogram hingga kini turun menjadi Rp. 8.000-Rp. 9.000 per kilogram. Turunnya harga jual gula tersebut dikibatkan karena menurunnya mobilitas para pengepul dalam mendistribusikan produk kepada konsumen di luar daerah Kabupaten Banyuwangi karena berbagai kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah demi melindungi masyarakat dan menekan angka kematian akibat covid-19 yang semakin meningkat di Indonesia.

Dokpri
Dokpri

Dampak di atas tentu saja sangat dirasakan oleh para pelaku usaha gula merah di Desa Rejoagung, salah satunya yakni Ibu Saripah. Usaha Gula Merah yang dijalankan Ibu Saripah dan suaminya telah dilakukan selama kurang lebih 20 tahun. Turunnya harga jual gula merah juga berkibat pada penurunan kondisi ekonomi keluarga Ibu Sari. Melalui program KKN Back to Village III ini saya dan Ibu Sari telah sepakat untuk meningkatkan kembali kondisi perekonomian keluarga Ibu Sari dengan melakukan inovasi produk gula merah menjadi produk yang berdaya saing. Peningkatan nilai tambah produk gula merah yang berdaya saing dapat dilakukan dengan pembuatan branding, packaging, serta penerapan strategi pemasaran yang tepat di masa pandemi seperti saat ini, yakni pemanfaatan media sosial dalam proses pemasaran produk sehingga dapat lebih memperluas jangkauan pasar. Dengan demikian diharapkan kondisi perekonomian Ibu Sari akan berada di tingkat yang lebih baik dari sebelumnya.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Pelaksanaan KKN BTV III yang akan saya jalankan selama 30 hari ke depan diharapkan tidak hanya meningkatkan usaha Ibu Sari saja namun juga masyarakat sekitar untuk turut menerapkan inovasi dan strategi pemasaran di masa pandemic seperti ini sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng., selaku Rektor Universitas Jember pada penerjunan resmi mahasiswa KKN BTV III pada tanggal 12 Agustus 2021 lalu, bahwa kami sebagai mahasiswa bebas untuk terus berinovasi dalam melaksanakan berbagai program kerja selama menjalankan KKN BTV III ini, kami juga harus menjaga nama baik almamater serta turut andil dalam pencegahan penyebaran virus dan penanganan dari dampak pandemi covid-19 ini dengan menjaga diri sendiri serta orang lain dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Berikut merupakan Business Model Canvas dan Road Map yang telah saya susun untuk menjalankan program kerja saya selama 30 hari kerja KKN BTV III:

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun