Mohon tunggu...
Tienuk Suyanto
Tienuk Suyanto Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Belajar pada apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secangkir Kopi Hitam

26 Juli 2012   10:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir kopi hitam tersaji di atas meja. Beralaskan piring kecil, dengan sendok yang masih tercelup didalamnya.
Asap putih membentuk dua garis berkelok membumbung di atasnya, sebagai tanda bahwa kopi itu baru saja diseduh dengan air panas..

Aku yakin masih terasa pahit. Tapi jangan khawatir, saat kugerakkan sendok kecil itu memutar perlahan, maka gula yang ada di dasar cangkir akan larut, menyatu dengan seduhan, serta memberi rasa manis yang melengkapi nikmatnya.....

Mataku tak lepas dari meja itu,, Aromamu menari-nari di ujung penciumanku,,Serentak keduanya mengkomando otakku untuk berselancar dlm bayang nikmat. Seleraku bangkit,, dahagaku akanmu semakin membuncah, inginkan hangatmu menelusuri setiap jengkal lorong tenggorokanku yang kering,,

Kau tetap saja diam..Terpaku, Angkuh di atas meja, dengan sendok yang belum juga bergerak memutar, dengan asap yang masih saja membumbung perlahan.. Dan aku terhenti pada mata dan penciuman. Menikmatimu dalam bayangan. Menyentuh cangkir dengan lembut agar airnya tidak terguncang,, menggerakkan sendoknya perlahan, menarik nafas panjang tuk memasukkan aroma khas yang hadir mengiring, kemudian mendekatkan cangkir ke bibir seraya meniup asapnya... dan sruuuuuuuppppppppp,,,, mengalirlah kopi hangat menyusuri kerongkongan...

Aku bergelut dalam angan. Menikmati kopi hitam dalam bayangan..Kepahitan yang tersaji pada  hitam pekat yang berpadu dengan manisnya gula, terseduh dalam secagkir air hangat.Aneh memang. Hanya dengan memandang, penciumanku secara reflek bekerja, mengirim sinyal ke otak dan dengan sigap sang otak menyimpulkan bahwa kopi hitam itu sungguh nikmat.Lebih aneh lagi, kali ini  hatipun sepakat,, mengirimkan rasa puas dan mengamini kesimpulan otak bahwa kenikmatan kopi itu benar-benar membuatku melayang terbang..

Secangkir kopi hitam yang tersaji di atas meja, beralaskan piring kecil dengan sendok yang masih tercelup didalamnya.. Rasanya cukup bagiku mencumbui nikmatmu dalam kemayaan.

Dahagaku lepas terbayar dalam keangkuhan secangkir kopi hitam...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun