Dari sekian banyaknya perempuan, ada satu perempuan yang menarik perhatian saya, dia terlihat sederhana, berpakaian acak mirip lelaki, sering sendirian ketika beberapa kali saya melihatnya di kampus. Sebelum tulisan ini dirilis, saya telah meminta izin kepada dia untuk menulisnya, saya sungkan menyebutkan namanya.
Setelah berkenalan, saya memulai obrolan dengan dia tentang tanggapan dia selama berstudi di kota kelam ini. Sebelum dia menceritakan, terlebih dahulu dia mencurahkan isi hatinya, terlihat seperti anak ayam rindu pada induknya. Dia bercerita tentang kekasihnya. Ungkapan sakit hatinya tentang kekasih yang telah berhubungan seks dengannya, tiba-tiba kekasihnya itu dipergoki olehnya sedang berhubungan seks dengan perempuan lain dikamar kos-nya. Tersontak saya kaget, dengan biasanya perempuan ini menceritakan inti sari hubungannya bersama kekasihnya kepada saya yang baru kenal beberapa menit lalu. Inilah yang menguatkan saya, bahwa seksualitas di kehidupan masyarakat dan mahasiswa begitu dekat. Dengan segala rasa malu, saya menyuruh dia untuk menghentikan pembicaraan dia tentang hubungan dia dan kekasihnya. Karena itu adalah hubungan yang mengandung private kata saya.
Selesai dari kisah-kasihnya, dia bercerita tentang pengalaman dia selama berada di kehidupan kampus. 2020 adalah tahun pertama kali dia memasuki dunia kampus. Di awal semester dia mulai berkenalan dengan sosok lelaki senior kampus yang tadi dia ceritakan sebagai kekasihnya. Setelah saya mendengar, cerita ini sama saja dengan cerita di atas, dan benar dugaan saya, bahwa semuanya berpusat pada hubungan seksual. Disini saya tidak menyalahkan dia sebagai perempuan, karena saya sadar semua ini karena ulah lelaki yang menanam paham maskulin untuk memasung kaki hawa.
Dengan rasa kasihan, saya coba mencari tahu nama kekasih perempuan ini dan tertarik untuk berbincang dengannya. Dengan rasa dendam, perempuan ini memberi tahu nama kekasihnya. Sontak, saya berpamitan kepada perempuan ini dan langsung mencari kekasih yang sudah diceritakannya tadi.
Aktivis Kidal Yang Mengamini Seksual
Halo bro, sapaan saya ketika bertemu lelaki yang diceritakan oleh perempuan disudut kampus tadi, nama saya iklas, biasa di sapa president laef kata saya ketika bersalaman untuk berkenalan dengan lelaki ini. Oh iya, nama saya Budi (nama samaran), saya mahasiswa akhir dari program studi teologi. Terkejut ketika mendengar prodinya. Lanjut saya berbincang dan mencoba untuk mengawali cerita dengan kaum Kristen yang terdiaspora di Israel dan para eksodus di Roma untuk menarik perhatian dia yang sesuai dengan basicnya. Lama-kelamaan dia mulai terbiasa dengan ajakan obrolan saya dan mulai meninggalkan topi pembahasan kita. Budi ajukan pertanyaan ke saya; sudah lama ya datang ke kota ini? Saya menjawab belum lama, saya kesini karena ada urusan studi. Budi melanjutkan, kalau sudah sampai di kota ini, harus berani meniduri perempuan di kota ini. Apalagi kalau sampai ke kampus ini, harus bisa membawa satu perempuan kampus yang kuliah disini. Sambil tertawa budi melihat saya.
Saya ini sudah banyak perempuan yang mau tidur dengan saya, bahkan dikampus dan luar kampus pun saya bisa mengajak mereka untuk tidur. Kata budi.
Tanpa sadar, si budi menceritakan kepada orang yang akan mengangkat kisah ini menjadi tulisan sederhana nanti.
Oh iya bro, tadi katanya kesini karena urusan studi ya? Budi kembali bertanya. Berarti anda juga mahasiswa kayak saya. Anda lahir dari gerakan mana? Saya menjawab dari gerakan kristen, gerakan kanan kata saya. Oh iya, saya juga tergabung dalam himpunan mahasiswa yang sering bergerak ketika ada masalah dikampus dan masyarakat. Dari percakapan ini, seraya saya dibuat mabuk. Bisa-bisanya bercerita tentang dunia pergerakan tetapi mengamini seksual, kata hati saya.
Dari beberapa cerita dari orang-orang yang saya temui, akhirnya saya bisa menarik benang merah bahwa hampir sebagian besar mahasiswa disini lebih suka bercinta dengan perempuan dan selalu menjadikan perempuan sebagai objek seksualitas dibandingakan menggantungkan harapan dan membawa pulang masa depan.
Akhirnya saya pun berkeputusan untuk menulis cerita selama saya berada di kota kelam ini. Mulai dari masyarakat yang tadinya kental dengan adat-istiadat, kini berubah menjadi masyarakat yang jauh dari kata adab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H