Aku, iya benar aku, terimakasih untuk jiwa ku yang selalu kuat, yang selalu tegar dalam menghadapi gerimis gerimis kehidupan, yang selalu sabar menghadapi permasalahan hidup terkadang aku merasa aku terlalu keras dengan diriku sendiri, aku terlalu memaksa yang diluar kemampuan ku sendiri, ya itulah aku, aku terlahir anak tunggal, anak yang seharus merupakan anak yang dimanja, disayang tapi aku, aku tidak terlahir dengan orang tua yang brokenhome aku sering diabaikan dan terabaikan,,, aku pernah berpikir tuhan kenapa aku yang terpilih, kenapa aku yang harus mengalami semua ini, tuhan engkau tidak adil kepadaku...Â
Air mata selalu menetes, aku yang tunggal si tua sibungsu pun ia kemana aku harus mengadu... Ayah ibu kalian dmana... Disaat aku dewasa aku berjuang dengan keras agar hidup ku lebih baik, aku bekerja dan kuliah dengan kerja keras yang teman-temanku selalu minta apapun dengan orang tuanya sementara aku terkadang harus menahan lapar agar aku bisa menabung untuk kuliah... Tak sedikit air mata yang tumpah tanpa kusadari, mencari makan, uang kos dan biaya kuliah aku mutat otak agar semuanya tertutupi...Â
Diriku terimakasih engkau tetap setia menemaniku, walaupun engkau sering kuzolimi... Sekarang ketika aku selesai S. 1 akupun bekerja tempat lain yang menurut ku lebih bagus dan sekarang aki sedang melanjutkan kulia S. 2 semester 4 dengan banyak cerita didalamnya...... Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H