Mohon tunggu...
Kurnia Nasir
Kurnia Nasir Mohon Tunggu... Musisi - musikus jalanan

musikus jalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Waspadai Narasi Pemecah yang Tidak Santun

20 Januari 2024   20:08 Diperbarui: 20 Januari 2024   20:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi adalah sesuatu yang tidak bisa kita abaikan pada zaman modern seperti sekarang ini. Termasuk soal pemilihan umum yang sering disebut orang sebagai pesta demokrasi sehingga bisa disamakan dengan puncak kegiatan kita berbangsa dan bernegara dalam demokrasi.

Hanya saja demokrasi sering diselewengkan dengan narasi-narasi bombastis yang sering menyertai proses demokrasi di Indonesia. Kita masih ingat narasi-narasi vulgar yang menyertai pilpres tahun 2014 dan 2019. Begitu juga Pilkada Jakarta tahun 2017 yang begitu kotor karena melibatkan politik identitas dimana rumah ibadah juga dipakai untuk alat politik.

Di setiap tempat dan setiap kelompok selalu ada etika dalam memilih pemimpin. Etika itu seringkali terkait dengan nilai-nilai moral yang ada di setiap tempat dan kelompok itu. Kelompok itu terikat dengan nilai-nilai moral itu. Sehingga tidak bisa sebebas bebasnya sesuai dengan syahwat kekuasaan yang ingin diraih seseorang.

Nabi Muhammad SAW sudah memberi contoh dirinya sebagai sebuah teladan sebagai pemimpin yang adil, amanah dan bertanggungjawab. Itu juga yang seharusnya menjadi koridor kita dalam mencari pemimpin. Seorang calon pemimpin haruslah paham amanah yang akan diembannya. Nabi junjungan kita punya kriteria itu yaitu adil, amanah dan bertanggungjawab.

Karena itu dalam memilih pemimpin kita juga harus memilih pemimpin yang memiliki integritas yang baik, kompetensi dan niat baik untuk melayani rakyat. Kita jangan terpengaruh dengan bujukan satu dua orang atau pihak untuk memilih calon pemimpin yang tidak amanah dan tidak sesuai dengan teladan Nabi. Apalagi sampai memakai narasi-narasi yang sangat tidak santun dan tidak bisa diterima satu pihak dengan pihak lain dalam mencari pemimpin itu.

Biasanya bujukan mereka itu adalah untuk memecah. Apalagi negara kita punya banyak perbedaan antar warganya yang bisa jadi celah untuk hal-hal yang destruktif.

Karena itu, kita harus menjaganya dari hal-hal negatif itu. Demokrasi itu adalah agung dan kita tidak bisa merusaknya dengan alasan apapun juga termasuk keyakinan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun