Jika kita punya anak dan kita mencari sekolah dengan basis agama, maka itu didapat dengan mudah. Hal itu karena di semua kabupaten/kota minimal di Jawa, ada sekolah  Islam plus sampai sekolah Islam internasional. Dengan mudah juga kita akan menemukan pondok pesantren modern yang punya kurikulum yang sangat baik.
Dengan mudah juga kita mendapati ibu-ibu atau remaja putri yang memakai pakaian muslim, kadang dengan cadar. Bahkan anak-anak sejak dari PAUD sampai sekolah dasar juga kerap kita dapati memakai busana muslim tidak hanya di sekolah namun juga dalam keseharian.
Penduduk kita kini kurang lebih sebanyak 260 juga. Sekitar 87,5% adalah umat muslim. Dari besarannya, kita bisa memastikan bahwa negara kita adalah negara muslim terbesar di dunia dalam hal jumlah. Berdasar fakta itu, beberapa pihak menyatakan ingin Indonesia berlandaskan syariat Islam dan tidak mau lagi berlandaskan Pancasila. Tentu saja ini jauh dari cita-cita para pendiri negara ini yang mempertimbangkan keberagaman etnis maupun keyakinan.
Keinginan soal syariat Islam ini tidak lepas dari berkembangnya faham transnasional di beberapa titik termasuk sektor pendidikan terutama di perguruan tinggi dan kemudian sekolah dengan cara senyap alias berkembang seperti gerakan bawah tanah. Hasilnya ? Kini kita menemukan generasi muda yang cenderung konservatif .
Ini terlihat pada kecanggungan mereka terhadap pihak yang berbeda. Kadang kesan intoleran terlihat karena mereka cenderung tidak mau berbaur dengan umat lain. Kerukunan beragama dan saling menghormati yang pernah terlihat pada dua atau tiga dekade lalu tidak terlihat lagi. Saling menghormati itu semisal saat hari raya Idul Fitri dan hari raya umat lain, mereja saling mengucapkan selamat. Di beberapa wilayah di Indonesia memang masih ada, tapi selebihnya tidak ada lagi. Sehingga generasi muda sekarang cenderung jauh dari pihak yang berbeda.
Karena itu peran orang tua untuk membentuk karakter militan dan toleran terhadap pihak lain sangat penting, karena kadang sekolah tidak lagi mengajarkan itu bahkan sebaliknya. Selanjutnya, pendidikan agama tidak hanya berfokus pada karakter yang militan dalam membela agama, tetapi karaker yang toleran dalam membela keragaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H