Dalam keseharian, kita sering mendapati sepasang kekasih sedang dilanda asmara, Mereka saling memperhatikan dan saling peduli. Bahkan kadang sudah saling berbagi, meski keduanya belum menjadi pasangan yang sah. Karena komunikasi  yang erat dan intens  satu sama sehingga seringkali salah satu pihak sakit atau menyakiti pihak lain jika kecewa. Padahal satu hubungan seperti itu seharusnya memikirkan hal jangka panjang. Hubungan jangka panjang seringkali harus melihat persoalan dengan skala prioritas.
Demikian juga para idola dengan penggemarnya. Kadang idola mengecewakan kita dengan sikap, verbal maupun perilakunya. Kadang perilaku minus ini ditampakkan berulang-ulang terutama oleh media massa. Â Sehingga lambat laun, bisa saja kita meninggalkan idola tersebut.
Tapi berbeda halnya dengan junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang dipuja dan ditaati oleh umat Islam di seluruh dunia yaitu Nabi Muhammad yang kelahirannya pada 12 Rabiul Awal pada tahun Gajah. Berbeda dengan kekasih duniawi atau idola, Nabi Muhammad adalah sosok panutan yang tak lekang oleh waktu, seorang yang sangat penting dalam agama Islam dan sosok yang tak tergantikan.
Beliau lahir pada zaman jahiliyah yang ditandai dengan karakter fanatisme yang sempit dari berbagai etnis di tanah kelahirannya waktu itu. Masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam masa kegelapan di segala bidang, baik sosial, moral maupun spiritual.
Pada masa itu ujaran kebencian dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Mereka menjelekkan satu sama lain tanpa etika dan dengan sengaja menebar kebencian. Mereka menganggap diri dan kelompoknya sebagai suatu yang agung dan tanpa ada yang boleh mengkritiknya. Mereka juga terbiasa menyerang satu sama lain antara lain ditampakkan olehj sosok Abrahah. Malah pada suatu saat Abrahah dan para pengikutnya ingin menghancurkan Ka'bah yang merupakan ritus suci dan asset historis umat beragama di Mekkah.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan setiap langkah yang dilakukannya membuat berbagai hikmah yang tidak hanya berpengaruh pada perkembangan agama Islam tapi juga peradaban manusia secara keseluruhan. Nabi junjungan kita itu membawa ajaran Islam yang Kaffah yang tidak hanya menghapuskan ortodoksi, ketidakadilan dan anti kemanusiaan.
Nabi junjungan kita itu tidak hanya mentransformasi muslim yang hanya menjalankan ritual ibadah tanpa makna, tapi juga umat yang hidup dengan moralitas yang tinggi, mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan. Tanpa kelahiran Sang Nabi, dunia mungkin akan menyaksikan 'abrahah-abrahah' lain yang merusak, membunuh, dan anti kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H