Beberapa hari setelah peringatan hari kemerdekaan RI ke 77 pada tanggal 17 Agustus 2022 lalu, di beberapa media sosial muncul kegiatan para diaspora Indonesia (para perantau) yang berada di luar negeri. Mereka juga merayakan peringatan HUT 17 Agustus dengan upacara bendera dan sebagian besar memakai baju daerah Indonesia.
Mereka berada di LN dengan berbagai alasan. Ada yang sedang berkuliah, atau keluarganya bekerja di sana. Atau juga mereka sejak lama sudah berada di sana (permanent reseident) meski secara kewarganegaraan mereka tetap Indonesia. Bahkan beberapa dari mereka sudah berada di negara asing itu selama puluhan tahun. Banyak dari mereka jarang memakai bahasa Indonesia bahkan yang masih anak-anak dan remaja lebih fasih berbahasa Inggris atau bahasa tempat merea tinggal.
Tayangan ini bukan hanya dimonopoli oleh kedutaan-kedutaan besar di wilayah Amerika atau Eropa. Beberapa kedutaan besar yang berada di Afrika, Asia bahkan Timur Tengah juga melakukannya.
Yang menarik dari tayangan-tayangan itu, mereka melakukan upacara, menyanyikan lagu-lagu nasional serta daerah dan berlomba ala 17 Agustusan dengan baik. Sebagian orang yang menyanyikan lagu nasional dan daerah (oubade) adalah anak-anak dan remaja. Mulai dari lagu Injit-injit semur, sampai Soleram. Menyenangkan sekali mendengar mereka menyannyikan alagu Papua Apuse dengan logat non Indonesia. Konon mereka berlatih bernyanyi selama 5 minggu.
Di benak mereka lagu-lagu itu menyenangkan dan merasa ecited mengingat banyak sekali etnis di Indoensia dan mereka harus menghafal lagu-lagu itu. Tak hanya menghafal, tetapi juga mengerti. Dari tayangan itu didapat bahwa para mentor melatih mereka menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Arab atau bahasa setempat, termasuk memberi pengertian soal arti lagu-lagu itu kepada mereka baru mereka menghafalnya. Perlombaan seperti makan krupuk dan memindahkan bendera atau pensil di botol juga dilakukan mereka
Apa yang membuat mereka mau terlibat pada kegiatan itu kecuali diminta oleh orangtua mereka atau pihak keduataan ? Jawabannya pasti : Nasionalisme ! Pasti karena mereka mencintai negara mereka. Mereka juga pasti bangga dengan banyak etnis yang ada di negara mereka.
Di tayangan, itu juga terjadi di negara-negara muslim seperti Arab dll.. Saya pikir di benak mereka tak ada presepsi soal negara thagut atau nasionalisme yang mereka perlihatkan itu haram. Narasi cinta tanah air mereka hadirkan dengan ketulusan yang penuh.
Karena itu, mungkin kita bisa dari mereka. Berfikir dan bersikap dengan jiwa besar. Meski mereka berada di negara yang sebagian benar juga memeluk muslim, tapi mereka tetap mencintai negara kita dengan keanekaragamannya.
Masak kita yang ada di dalam negeri malah mencintai budaya atau kultur mereka ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H