Aku pun telah sampai di ruang makan. Di ruang makan, sudah terdapat banyak hidangan yang siap sedia untuk memuaskan rasa lapar para kolega raja. Rama ku duduk di paling depan tempat makan atau lebih tepatnya kursi utama dari meja makan tersebut. Kursi tersebut hanya boleh ditempati oleh seorang Raja saja, ketika beliau akan makan. Ya, memang benar Rama ku adalah seorang Raja di Kerajaan Mertapatih. Beliau adalah generasi Kelima dari Kerajaan tersebut. Tetapi, meskipun demikian, Rama ku masih memiliki hak kekuasaan yang besar di daerah Kerajaan Mertapatih. Dan aku hanya bisa berdiri saat melihat pemandangan di depanku. Tak selang berapa lama aku berdiri, Rama ku telah menoleh ke arahku. Beliau hanya melihatku penuh heran, dari atas sampai ke bawah. Aku yang di lihat seperti itu sendiri oleh Rama, hanya bisa terdiam.
“Kinanti, apa yang sedang kau lakukan dengan memandangi Rama mu seperti itu?”
Sontak pertanyaan itu membuatku kaget, tanpa sadar aku hanya bisa berkata:
“Rama terlihat keren hari ini”.
Dan jawaban itu, bukan membuat Rama ku bingung atau marah. Rama ku hanya dapat melempar senyum lebarnya kepadaku. Hal itu membuat pipiku semakin merah saja. Apalagi kejadian itu tidak hanya di lihat oleh Rama ku saja, tetapi juga di lihat oleh seluruh kolega Kerajaan. Mulai dari Ibunda, Permaisuri Rikaya, Permaisuri Hayati dan tentu saja saudara laki-laki ku juga ikut melihat kejadian lucu tersebut. Saudara laki-laki ku hanya bisa tertawa terbahak-bahak saat aku berkata seperti itu. Dia malah hanya semakin mengejekku dan semakin membuatku malu di depan para kolega raja saat di ruang makan. Hal itu, semakin membuatku jengkel dan ingin melontarkan amarahku kepada saudara ku itu. Tetapi, ya sudahlah daripada aku semakin mempermalukan diriku di depan semua orang lebih baik aku diam saja dan langsung ikut makan bersama semua kolega kerajaan.
Acara makan diawali dengan sangat khitmat dan tenang sampai acara makan tersebut berakhir. Kemudian saudara laki-laki ku memecah keheningan dengan mengatakan:
“ Kinanti kamu mau ikut aku atau tidak?”
“ Memangnya kenapa?”(ku jawab dengan nada ketus)
“ Sudahlah ikuti aku saja! Kamu mau apa tidak?”
“ Baiklah awas jika kamu berniat mengerjaiku”
“ Tenang saja tidak akan terjadi sesuatu yang menyebalkan. Aku hanya ingin mengajak kamu berbicara sebentar!”