Mohon tunggu...
Rahmatia
Rahmatia Mohon Tunggu... Lainnya - orang aring

orang biasa yang cuma mau jadi orang rata-rata pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Kamu Percaya Konsep Takdir? Sebuah Kontemplasi

27 Desember 2023   22:52 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebenarnya gimana sih konsep takdir itu? Gimana kalau kita udah usaha semaksimal mungkin, tapi dari awal memang sudah ditentukan takdirnya? Apakah itu nggak berarti sia-sia aja yang kita kerjain selama ini? Kalau kayak gitu ngapain usaha nggak sih, toh ujung-ujungnya udah ada takdir yang menentukan hidup kita. Nah, dari pertanyaan-pertanyaan tadi, kamu percaya nggak konsep takdir? Sebelum kita bahas, yuk kita lihat dulu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan takdir.

Kalau kita cari pengertian nih, simpelnya di KBBI aja kali ya, biar mudah dipahami, hehe. Nah, takdir bisa diartikan sebagai ketetapan atau ketentuan Tuhan. Bisa dibilang itu udah hak prerogatif Tuhan untuk menentukan kita akan seperti apa. Hmm, kalo udah ditentukan gitu, bukankah kita kayak sebuah wayang yang dimainin sama dalang? Yang mana kita nggak bisa ngapa-ngapain selain ngikutin apa mau dalangnya? No, bukan kayak gitu konsepnya.

Takdir memang ketetapan Tuhan yang dikasih buat kita, dan itu menjadi ranah Tuhan mau ngasih takdir yang kayak apa ke kita. Namun, yang harus dipahami adalah sesuatu baru bisa dikatakan takdir ketika dia sudah benar-benar terjadi atau sebuah proses sudah benar-benar selesai. Ini dia sih, yang menjadi kunci menurut saya. 

Misal nih, ada pemuda yang dari kecil sampai sekarang hidupnya sengsara, apakah ini artinya pemuda tersebut ditakdirkan sengsara? Jawabannya kan belum tentu. Selagi fase hidupnya belum selesai, itu belum bisa dikatakan takdir. Bisa aja nih di tengah jalan, dia tiba-tiba makan di tempat pecel lele, terus diambil sama agensi model, siapa yang tau, kan?

Atau tiba-tiba ditemuin sama artis yang kebetulan si pemuda tadi mirip artis tersebut dan dia diangkat jadi saudaranya. Hidupnya bisa aja langsung berubah. Tapi, 2 contoh tadi agak kecil sih peluangnya, wqwq. Yang paling masuk akal adalah ketika dia udah kerja keras dan hasil yang dia dapat ternyata sebanding sama kerja kerasnya yang akhirnya dia bisa keluar dari kesengsaraan.     

Nah, dari sini kan kita bisa lihat, selagi fase hidupnya belum selesai, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa takdirnya begini dan begitu. Kalo ternyata akhirnya dia wafat dan terus sengsara, baru deh kita bisa menyimpulkan bahwa memang dia ditakdirkan sengsara semasa hidupnya. 

Takdir sejatinya ngajarin kita buat usaha dan nggak boleh diam aja. Memangnya kita adonan kue yang didiamkan aja bisa berkembang? Kalo ada yang bilang "ya udahlah ya, mau ngapain juga, kalo takdirnya udah kayak gini, ya pasti akan tetap kayak gini". Ini namanya putus asa, dan Tuhan nggak suka sama hamba-Nya yang putus asa. 

Kita memang udah ditakdirkan di jalannya masing-masing, tapi kita diberi kebebasan dan kemerdekaan oleh Tuhan untuk melakukan sesuatu dan berusaha. Usaha tuh jadi kayak perantara untuk menjemput takdir. Semoga saja takdir yang datang adalah takdir terbaik yang ditentukan Tuhan buat kita.

Jika kemudian ditanya, apakah kamu percaya konsep takdir? Sejatinya pertanyaan ini mengajak kita untuk berusaha, meyakini, serta berprasangka baik atas apa yang terjadi. Selagi sesuatu belum terjadi, maksimalkan saja semuanya. Nggak ada kok takdir yang buruk, ketetapan Tuhan itu nggak pernah salah, cuma kadang alasannya saja yang telat kita sadari kalo suatu hal itu ternyata yang terbaik buat kita. Masa sih dengan usaha yang sudah maksimal, doa, dan sudah berserah ke Tuhan, terus usaha tadi nggak dilirik oleh-Nya?   

       

Terinspirasi dari tulisan Ahmad Khadafi 'Apa Gunanya Doa Kalau Takdir Manusia Sudah Ditentukan?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun